“Saat
Anda dilahirkan untuk menjadi seorang penulis, inilah sesuatu yang terjadi;ada
sesuatu yang hadir di benak,perasaan dan jiwa Anda. Sesuatu itu biasanya begitu
ngurek-ngurek, berputar-putar di benak kita sehingga kita akan merasa sakit
kepala apabila tidak segera menuangkannya ke dalam tulisan.” ( Pipiet Senja
dalam Langit Jingga Hatiku, Memoar Seorang Penulis Wanita)
Saya mulai tertarik menulis saat
duduk di bangku SD. Mungkin karena saya sangat suka membaca ya..Awalnya
sederhana. Saya ingin nama saya muncul di majalah Bobo kesayangan saya.
Sayangnya, saya nggak terlalu serius menulis saat itu. Padahal saya punya buku
khusus untuk menulis ide-ide saya, malah ada yang sudah jadi cerita. Sayangnya
saya nggak usaha untuk mengirimkannya ke majalah. Tapi cikal bakal impian untuk
jadi penulis sudah ada saat itu.
Kenapa saya nggak jadi-jadi penulis juga sampai sekarang? Kalau dirunut, salah
satu kekurangan saya adalah saya sangat moody.
Padahal katanya, penulis itu jangan sampai dikendalikan oleh mood. Malah saat rasa jenuh datang,
penulis harus bisa menciptakan suasana yang bisa bikin mood nya kembali terbangun. Memang
sifat moody saya ini agak-agak parah.
Dulu saat remaja, setiap ada waktu luang saya pasti mengurung diri di kamar
lalu tak-tik-tok dengan mesin tik saya dan bikin cerpen sampai malam.
Sampai-sampai nenek membelikan saya mesin tik bagus karena kasihan melihat saya
mengetik dengan mesik tik tua yang sering macet. Itu kalau saya sedang
semangat. Kalau lagi males, tak sekalipun saya menyentuh tulisan-tulisan saya
itu. Kadang lebih dari seminggu saya anggurin
naskah-naskah cerpen saya.
Saya pun sering punya banyak excuse. Saat mulai kerja, saya stop
menulis karena komputer saya tinggal di rumah orang tua di kota lain. Padahal
kalau saya baca kisahnya seorang penulis senior, ia sampai menulis dengan
tangan untuk menghasilkan sebuah karya meskipun ujung-ujungnya karyanya itu
ditolak mentah-mentah. Pernah juga saya punya blog, tapi saking lamanya nggak
dibuka saya jadi lupa passwordnya apa.
Saya baru sadar kalau saya sudah
jauh meninggalkan mimpi saya untuk jadi penulis setelah saya kembali membaca
karya-karya penulis yang saya kenal lewat majalah ANNIDA saat saya SMU dulu
lewat blog mereka. Asma Nadia , Sinta Yudisia, Afifah Afra..Saya melihat betapa
banyak loncatan yang mereka lakukan. Dari “hanya” cerpen, sekarang mereka sudah
punya puluhan buku, kumpulan cerpen, atau buku nonfiksi yang kalau saya baca
duh..bagusnya..Padahal boleh dibilang, saya tumbuh dengan membaca karya-karya
mereka juga. Saya selalu membaca majalah ANNIDA selama lebih dari 4 tahun plus
membeli eceran setelah 4 tahun itu. Saya hapal gaya penulisan mereka termasuk
memiliki beberapa buku-bukunya.
Dimana saya? Saya masih
disini-sini juga. Menggantungkan keinginan untuk jadi penulis tanpa melakukan
usaha keras apapun. Padahal, tak ada langkah besar yang dimulai dari satu langkah
kecil. Kalau untuk memulai satu langkah saja saya masih mikir-mikir, bagaimana
mungkin saya bisa melakukan sebuah lompatan?.
Jadilah kini saya mulai menulis
lagi. Menulis apa saja karena kata Helvy Tiana Rosa, untuk menjadi penulis
mulailah dengan menulis..menulis..menulis!. Lupakan teori-teori karena tanpa
praktek semua teori itu jadi nonsense.
Ok, saya harus serius sekarang...Dan inilah blog yang baru saya aktifkan lagi
setelah setahun berlalu. Saya paksakan diri untuk menulis setiap hari. Ternyata
ada banyak hal yang bisa saya tuangkan ke dalam tulisan. Dengan melihat apa
yang terjadi di sekeliling saya dan mengingat apa yang saya alami, saya bisa
mulai merangkai kata-kata. Saya jadi susah tidur kalau ide-ide itu masih
berseliweran di kepala.
Dengan menulis di blog, saya
bebas bercerita apa saja tanpa takut diedit atau dicela. Terlambatkah
saya?Mudah-mudahan tidak..I still keep hoping to see my own book(s) display on
the book stores someday and the books will inspire many people...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar