Sabtu, 22 September 2012

Menulis...Menulis...



“Saat Anda dilahirkan untuk menjadi seorang penulis, inilah sesuatu yang terjadi;ada sesuatu yang hadir di benak,perasaan dan jiwa Anda. Sesuatu itu biasanya begitu ngurek-ngurek, berputar-putar di benak kita sehingga kita akan merasa sakit kepala apabila tidak segera menuangkannya ke dalam tulisan.” ( Pipiet Senja dalam Langit Jingga Hatiku, Memoar Seorang Penulis Wanita)

Saya mulai tertarik menulis saat duduk di bangku SD. Mungkin karena saya sangat suka membaca ya..Awalnya sederhana. Saya ingin nama saya muncul di majalah Bobo kesayangan saya. Sayangnya, saya nggak terlalu serius menulis saat itu. Padahal saya punya buku khusus untuk menulis ide-ide saya, malah ada yang sudah jadi cerita. Sayangnya saya nggak usaha untuk mengirimkannya ke majalah. Tapi cikal bakal impian untuk jadi penulis sudah ada saat itu.

Kenapa saya nggak jadi-jadi penulis juga sampai sekarang? Kalau dirunut, salah satu kekurangan saya adalah saya sangat moody. Padahal katanya, penulis itu jangan sampai dikendalikan oleh mood. Malah saat rasa jenuh datang, penulis harus bisa menciptakan suasana yang bisa bikin mood nya kembali terbangun.  Memang sifat moody saya ini agak-agak parah. Dulu saat remaja, setiap ada waktu luang saya pasti mengurung diri di kamar lalu tak-tik-tok dengan mesin tik saya dan bikin cerpen sampai malam. Sampai-sampai nenek membelikan saya mesin tik bagus karena kasihan melihat saya mengetik dengan mesik tik tua yang sering macet. Itu kalau saya sedang semangat. Kalau lagi males, tak sekalipun saya menyentuh tulisan-tulisan saya itu. Kadang lebih dari seminggu saya anggurin naskah-naskah cerpen saya.

Saya pun sering punya banyak excuse. Saat mulai kerja, saya stop menulis karena komputer saya tinggal di rumah orang tua di kota lain. Padahal kalau saya baca kisahnya seorang penulis senior, ia sampai menulis dengan tangan untuk menghasilkan sebuah karya meskipun ujung-ujungnya karyanya itu ditolak mentah-mentah. Pernah juga saya punya blog, tapi saking lamanya nggak dibuka saya jadi lupa passwordnya apa.

Saya baru sadar kalau saya sudah jauh meninggalkan mimpi saya untuk jadi penulis setelah saya kembali membaca karya-karya penulis yang saya kenal lewat majalah ANNIDA saat saya SMU dulu lewat blog mereka. Asma Nadia , Sinta Yudisia, Afifah Afra..Saya melihat betapa banyak loncatan yang mereka lakukan. Dari “hanya” cerpen, sekarang mereka sudah punya puluhan buku, kumpulan cerpen, atau buku nonfiksi yang kalau saya baca duh..bagusnya..Padahal boleh dibilang, saya tumbuh dengan membaca karya-karya mereka juga. Saya selalu membaca majalah ANNIDA selama lebih dari 4 tahun plus membeli eceran setelah 4 tahun itu. Saya hapal gaya penulisan mereka termasuk memiliki beberapa buku-bukunya.

Dimana saya? Saya masih disini-sini juga. Menggantungkan keinginan untuk jadi penulis tanpa melakukan usaha keras apapun. Padahal, tak ada langkah besar yang dimulai dari satu langkah kecil. Kalau untuk memulai satu langkah saja saya masih mikir-mikir, bagaimana mungkin saya bisa melakukan sebuah lompatan?. 

Jadilah kini saya mulai menulis lagi. Menulis apa saja karena kata Helvy Tiana Rosa, untuk menjadi penulis mulailah dengan menulis..menulis..menulis!. Lupakan teori-teori karena tanpa praktek semua teori itu jadi nonsense. Ok, saya harus serius sekarang...Dan inilah blog yang baru saya aktifkan lagi setelah setahun berlalu. Saya paksakan diri untuk menulis setiap hari. Ternyata ada banyak hal yang bisa saya tuangkan ke dalam tulisan. Dengan melihat apa yang terjadi di sekeliling saya dan mengingat apa yang saya alami, saya bisa mulai merangkai kata-kata. Saya jadi susah tidur kalau ide-ide itu masih berseliweran di kepala. 

Dengan menulis di blog, saya bebas bercerita apa saja tanpa takut diedit atau dicela. Terlambatkah saya?Mudah-mudahan tidak..I still keep hoping to see my own book(s) display on the book stores someday and the books will inspire many people...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar