Kamis, 14 Februari 2019

Belajar Bersyukur Dengan Menonton Bedah Rumah


source: www.youtube.com

Salah satu reality show yang lumayan sering saya tonton adalah Bedah Rumah, sebuah acara yang menawarkan bantuan untuk membedah dan merenovasi rumah yang dianggap tidak layak huni kemudian dijadikan rumah sederhana yang indah dan menawan. Program yang digagas oleh Helmy Yahya ini tayang sejak 2004, seingat saya dulu disiarkan di RCTI dengan host Ratna Listy. Lama tak menonton TV, saya bahkan nyaris lupa dan sempat mengira acara ini sudah tak tayang lagi. Sampai saat saya nonton Panasonic Gobel Award 2018, Bedah Rumah diganjar penghargaan sebagai reality show terfavorit. Sejak itu lah saya tahu kalau program ini masih ada dan saya mulai menontonnya lagi, kini tayang di GTV.
Agen Dan Target
Acara ini biasanya diawali dengan perkenalan penonton dengan target penerima berkah Bedah Rumah. Biasanya, akan dikirim seorang “agen” yang akan berpura-pura menjadi mahasiwi- saya baru sadar kalau agennya selalu perempuan- dan mengaku sedang mencari bahan untuk melengkapi tugas kampus atau skripsi. Si agen ini akan ditemani beberapa orang yang diperkenalkan sebagai teman-teman satu tim, ada yang menjadi pemegang kamera, lighting dan sebagainya.
Setelah itu, agen akan meminta izin untuk mengikuti kegiatan si target sesuai dengan pekerjaannya dan akhirnya ia akan minta untuk ikut menginap di rumah target. Selama berinteraksi dengan target dan keluarganya ini lah, agen akan memperoleh informasi tambahan tentang keinginan, harapan atau kesulitan lain yang dialami target. Biasanya, di akhir acara, tim Bedah Rumah akan memberikan bantuan tambahan sesuai kebutuhan target selain renovasi rumah.
Setelah menerima kertas surprise berisi informasi bahwa rumahnya akan dibedah, target dan keluarganya akan diajak untuk bersenang-senang sambil menunggu renovasi rumahnya selesai. Mereka akan dibawa berjalan-jalan, berenang, makan di restoran, kadang sampai menginap di hotel. Sementara, tim pembedah akan bekerja merenovasi rumah agar selesai sesuai target waktu yang telah ditentukan. Segmen klimaksnya tentu saja saat target dan keluarganya dibawa pulang kembali untuk melihat rumah hasil pembedahan. Reaksi kaget, sedih dan haru mereka terekam seksama oleh kamera tim Bedah Rumah

Jendela Tanpa Kaca
Seperti halnya sebuah program reality show, mungkin acara ini memang telah mengalami rekayasa sebagai bagian dari dramatisasi cerita. Misalnya, tiba-tiba dimunculkan tetangga target yang ngotot menagih hutang dan harus dibayar saat itu juga,  anak tetangga yang menendang bola dan mengenai dada target hingga sakit dan sebagainya. Semuanya nampak disengaja terjadi karena kemudian masalah yang ditimbulkan pemeran dadakan ini berhubungan dengan apa yang dialami target di satu segmen atau di akhir acara. Namun bagi saya, acara ini tetap memiliki sisi positif karena mampu menumbuhkan rasa syukur dan empati.
Melihat rumah target yang sangat memprihatinkan misalnya dapat membuat kita terhenyak dan bersyukur berkali-kali. Rumah target penerima berkah umumnya terbuat dari bilik bambu – ada yang nyaris roboh- dengan dinding dan atap yang kebanyakan telah berlubang. Terbayang kan bagaimana jika hujan datang, rumah pun pasti akan bocor bahkan kebanjiran. Meskipun mayoritas rumahnya berjendela, namun nyaris semua tak berkaca karena harga kaca terlalu mahal buat pemilik rumah yang umumnya berpenghasilan tak sampai 50 ribu per hari.
Kamar mandi target sangat seadanya, umumnya tanpa septitanc atau tempat buang air besar. Jika ingin buang air, mereka biasa menumpang di toilet tetangga atau pergi ke sungai. Beberapa kamar mandi dibuat di luar rumah dengan penutup dari karung bekas atau seng serta bak air dari kaleng atau bak bekas. Saya yakin, jika tak terbiasa, kita akan segan membersihkan diri di situ karena tempat yang kotor dan terbuka.
source: www.detik.com
 Tak ada perabotan mewah di dalam rumah target. Untuk tidur, target dan keluarganya umumnya hanya beralas kasur tipis yang digelar begitu saja dengan bantal, guling dan selimut dekil. Lemari penyimpan pakaian nampak sudah lapuk dan pecah kacanya. Untuk memasak, umumnya mereka menggunakan tungku api yang tentunya amat rentan kebakaran karena kompor gas tak terjangkau harganya. Menonton itu semua membuat saya mengurungkan niat membeli lemari pakaian untuk sementara waktu karena lemari lama masih bisa dipakai dan  mensyukuri rumah yang saya tempati meskipun kadang masih bocor. Apa yang saya miliki jauh lebih banyak dari apa yang mereka punya.
Masih sering mengeluh tak bisa makan di resto yang sedang viral karena tak ada budget atau mengeluh saat harus berhemat karena uang menipis? Yakin deh setelah menonton acara ini kita akan lebih mensyukuri apapun makanan yang ada di meja makan.  Bayangkan saja, untuk makan sehari-hari, umumnya target hanya makan nasi dengan lauk seadanya. Masih beruntung jika ada lauk tempe, tahu, ikan atau sayur. Ada pula yang makan hanya dengan sayur rebus dan garam, sayur rebung, bakwan tiga buah-masing-masing satu, mie rebus 2 bungkus untuk 5 orang, bahkan ada yang harus mencari sayur untuk lauk makan dengan memunguti sayur yang jatuh di pasar.. hiks...
Dalam satu episode, saya terharu saat ada anak target yang berterusterang ingin sekali makan ayam atau daging karena tak pernah makan dengan lauk itu, ada yang ingin sekali membeli jersey agar diajak teman-temannya bermain dalam tim sepak bola kampung atau ada yang ingin membeli sepatu karena setiap hari harus bergantian dengan adiknya Keinginan-keinginan yang nampak sederhana bagi kita, namun nyaris tak mungkin terwujud bagi mereka karena ketiadaan materi.
Mewujudkan Mimpi
Terlepas dari ada tidaknya rekayasa, menurut saya program Bedah Rumah  tetap bermanfaat untuk membantu mewujudkan mimpi mereka yang tak mampu untuk memiliki rumah layak. Program yang konon telah berhasil membedah ribuan rumah ini tetap mampu memperlihatkan sisi humanis target secara apa adanya. Geli rasanya saat target dan keluarganya dibawa ke hotel dan terkagum-kagum melihat bath tub atau mesin pengering tangan. Kadang memang seperti sengaja “kenorakan” mereka itu dieksploitasi. Penonton pun akan ikut terharu dan bahagia saat melihat target menangis melihat rumah baru mereka yang tak hanya berubah penampakannya namun juga isinya. 
Program ini juga memberi bonus lain seperti membelikan baju dan alat sekolah, membayarkan uang SPP, membelikan kambing atau peralatan berdagang hingga memberi modal usaha. Ibaratnya, target tak hanya diberi ikan namun juga kail agar kelak mereka bisa melanjutkan usaha untuk mencari nafkahnya sendiri. Two thumbs up untuk Helmy Yahya dan tim yang berhasil membuat program ini bertahan amat panjang bahkan menginspirasi rumah produksi lain untuk membuat acara serupa. Tentunya tetap dibutuhkan variasi dan penyegaran agar Bedah Rumah tetap disukai dan  tak jadi membosankan. Apalagi kini acara ini tayang lebih dari tiga kali seminggu.