Rasanya aneh saat tiba-tiba saja,
ada orang yang bertingkah laku “ajaib” pada kita. Ingin diperhatikan, ingin
dilihat dan dianggap..Dan yang melakukan “keajaiban” itu bukan anak, suami atau
orang yang kita anggap istimewa.
Namanya, Aditya, sebut saja
begitu. Saya tebak sih umurnya baru 16
atau 17 tahun. Masih berseragam putih
abu-abu. Saya mengenalnya karena dia murid saya di tempat saya mengajar. Kesan
pertama saya, Aditya anak yang nggak banyak tingkah. Cenderung kalem dan tak
banyak bicara. Kemampuan bahasa Inggrisnya juga lumayan. Pokoknya, saya tak
melihat ada tanda-tanda kalau ia akan menjadi anak yang caper (cari perhatian)
atau bertingkah macam-macam. Setidaknya, awalnya saya sangka begitu.
Tapi entah bagaimana awalnya,
saya mulai menangkap ada perubahan sikap Aditya. Sikap yang agak nggak wajar
karena selama hampir 2 bulan saya mengajarnya, Aditya adalah anak yang kalem
dan tak pernah aneh-aneh. Suatu hari misalnya, dia seperti sengaja
menelungkupkan kepala, seperti tiduran, di atas bangku. Padahal, saya yakin dia
tidak tidur dan tahu kalau saya datang. Temannya yang duduk dekat Aditya
memperingatkan,
“Dit, ada Miss tuh..!” Tapi
Aditya seolah tak mendengar.
Tak ayal saya pun langsung
menegur,
“Adit, do you want to sleep or
what?. Please wash your face if you’re sleepy.”
Aditya mengangkat kepala. Dengan
wajah cerah dia berkata, “ No, Miss. I’m not sleepy at all.” katanya.
Beberapa kali pula Aditya seperti sengaja meminta saya mengulangi
pertanyaan yang saya ajukan kepadanya. Padahal saya tahu benar kalau otaknya
lumayan encer untuk menangkap maksud pertanyaan saya. Suatu kali saya sengaja
tak bersedia mengulangi pertanyaan saya. Ternyata tanpa diulang pun dia dapat
dengan lancar menjawab.
Pernah pula tiba-tiba saja ia tertawa
dengan keras padahal saat itu suasana kelas sedang tak terlalu berisik. Aneh
juga kan, mengingat dia tak seperti itu sebelumnya. Akibatnya, semua anak
mendadak melihat ke arahnya termasuk saya. Saya menatapnya heran. Kalau memang
dia sedang mengobrol lalu ada yang lucu, pastilah ada anak lain yang bereaksi
sama, minimal menunjukkan mimik tertawa. Tapi saya tak melihat tanda-tanda itu,
“What’s wrong Aditya?” tanya
saya.
“No, Miss..” elaknya. Saya
geleng-geleng kepala dan menangkap kilatan kepuasan saat melihat saya mendadak
memperhatikannya.
Banyak hal aneh lain yang-
menurut saya- ia lakukan untuk menarik perhatian saya. Mulai dari memasang
earphone di dalam kelas-mungkin untuk mendengarkan lagu- padahal saya sudah
datang dan mulai membahas pelajaran. Pernah pula ia mendadak menolak menjawab
pertanyaan yang saya ajukan padahal biasanya dia termasuk anak yang kritis.
Saya pun jadi malas menegur karena sepertinya kok dia melakukan itu dengan
sengaja.
Saya bertanya-tanya, apa
maksudnya ia melakukan itu semua. Kalau untuk menarik perhatian, untuk apa?Masa
iya dia suka sama saya yang umurnya 2 kali lipat umurnya. Atau dia kurang
perhatian di rumah? Tapi sebagai gurunya, saya juga nggak merasa mengistimewakan
siapa pun di kelas itu termasuk dia. Jadi, buat apa dia cari perhatian begitu?.
Saya sendiri juga tak mau mencari tahu
lebih jauh karena toh untuk level selanjutnya belum tentu dia jadi murid saya
lagi. So, saya harap kami nggak bakal banyak berinteraksi.
Jujur, saya merasa amat aneh
mengalami itu. Seperti kembali ke masa sekolah saat ada seseorang yang ingin
saya lihat karena dia diam-diam suka sama saya. Mudah-mudahan itu hanya
perasaan saya saja. Dasar si putih abu-abu!..
(dari sebuah curhat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar