Entah kenapa belakangan anak saya sering rewel. Mungkin karena
selama libur lebaran kemarin dia selalu bersama saya. Jadinya dia kolokan minta
ampun. Anehnya kalau bersama pengasuh atau nenek-kakeknya, dia malah
anteng-anteng saja.
Pagi ini saya dibuat jengkel lagi dengan ulahnya. Saat bangun
tidur saya menyuruhnya mengganti baju dan celana. Soalnya anak saya kadang
masih ngompol. Jadi, mengganti baju plus celana hukumnya wajib. Saya sudah
membawakan dia celana pendek warna kuning. Saya dengan manis memintanya memakai
celana. Tapi dia menolak,
“Mau celana coklat!” katanya. Memang selain yang warna kuning,
neneknya dulu membelikan celana pendek warna coklat juga tapi dengan gambar
yang sama. Saya cari celana coklat itu di lemari. Tapi kok nggak ada..,
“Kayaknya belum disetrika deh, sayang. Pakai yang kuning aja
ya..?” bujuk saya.
Anak saya keukeuh nggak mau memakai celana kuningnya dan
pengen celana coklat. Jujur aja, sebenarnya saya juga agak lupa apakah celana
coklat itu belum disetrika atau ketinggalan di rumah Ibu mertua saya.
“Pakai yang ada aja, Nak. Nanti kalau udah disetrika baru
Ihsan pakai, ya..”
Anak saya malah mulai menangis. Dia memaksa saya mencari
celana coklatnya. Sebenarnya bisa saja saya langsung turuti. Tapi saya juga
nggak mau dia jadi anak egois yang keinginannya harus selalu dituruti,
“Ya udah. Kalau Ihsan nggak mau celana kuning nggak apa-apa. Ihsan
nggak usah pake celana aja.”
Dibilang begitu anak saya jadi menjerit-jerit. Rasa kesal saya
muncul. Tapi saya masih mencoba bersabar. Melihat saya cuek, anak saya makin
menjadi. Saya lalu meminta si Mbak untuk mencarikan celana coklat itu di
tumpukan baju yang belum disetrika. Ternyata nggak ada juga. Dicari di rumah
Ibu mertua-rumahnya nggak jauh dari rumah saya- juga tak ketemu.
“Mau celana
coklat...!” anak saya berteriak, merengek dan menangis.
Heh..kekesalan saya rasanya sudah di ubun-ubun. Saya heran, kenapa juga harus
mempersulit diri sendiri, ngotot minta celana yang jelas-jelas nggak ada.
“Ihsan
kenapa sih? Kenapa harus selalu cari-cari alasan buat nangis?Yang penting pake
celana. Emang apa bedanya pake celana coklat atau kuning?”
Anak saya tak peduli. Dia malah menjulurkan lidah seolah
meledek saya saat saya panjang lebar menasehatinya. Saya jadi makin kesal. Kesel...luar
biasa. Kelemahan saya adalah kalau kesal saya pasti ngomel dan akhirnya
mengancam, “Kalau begini mending Ummi
berangkat kerja sekarang, deh. Capek Ummi di rumah kalau Ihsannya begini.” Jelas
saja anak saya malah makin keras menangisnya. Saya tak peduli. Biarlah Abi-nya
Ihsan yang lagi mandi dengar anaknya menangis. Biar dia turun tangan. Biasanya
anak saya agak takut kalau sama Abinya.
Anak saya ngambek. Dia tiduran di lantai. Mendorong-dorong
kursi plastik dengan kakinya ke arah saya yang sedang duduk. Ah..daripada makin
emosi saya biarkan saja. Sampai akhirnya Abi-nya selesai mandi dan ikut
membujuknya. Nggak mempan juga. Saya juga sudah malas membujuk. Biarpun khawatir
karena dia belum memakai celana, saya tahan saja. Biasanya lama-lama dia bosan
juga.
Benar saja, tak lama dia meminta saya memutarkan film kartun
kesukaannya. Saya bujuk dia memakai celana sekalian mandi. Untunglah dia mau. Hari
ini, saya belajar lagi tentang kesabaran dari anak saya. Ya Allah..berikan saya
kesabaran tak terbatas untuk menghadapi anak-anak saya kelak. Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar