Seorang teman dengan bangga memamerkan sebuah hp android pada
saya, “Murah, cuma 1 koma 7 jutaan.” katanya tanpa ditanya. “Kalau android
beneran harganya bisa 7 juta.”
“Emang merk apa, Pak?” tanya saya.
“A....E” katanya menyebut satu merk.
Saya cuma ber-oh. Jujur saja, saya sangat gaptek. Saya nggak
tahu apa beda hp android dan hp biasa apalagi sampai hapal merknya segala. Saya
juga nggak terlalu tertarik membeli android karena merasa belum butuh. Makanya,
saat teman saya itu menyarankan saya membeli android sepertinya, saya nggak
terlalu tertarik. Tapi teman saya itu punya pendapat lain lagi. Punya android menurutnya
juga bisa mendongkrak kepercayaan diri selain bisa sedikit pamer.
Saya jadi ingat sebuah survey kecil yang diadakan sebuah
majalah wanita. Dari sekian responden,
sekian persen mengaku seringkali berganti gadget. Alasannya beragam salah
satunya karena gengsi. Rupanya, memiliki gadget terbaru bisa membuat orang
merasa diakui di pergaulan.
Di sinilah masalahnya. Karena gengsi semata, orang seolah jadi
memaksakan diri untuk punya gadget, dalam hal ini handphone, terbaru. Kalau
nggak punya smart phone alias “telepon pintar” merasa nggak gaul dan nggak
pede. Penghargaan orang terhadap kita seolah hanya ditentukan oleh seberapa
canggih handphone yang kita punya. Terlebih jika demi prestise orang lalu
melakukan berbagai cara untuk membeli handphone impian. Membeli secara kredit
meski sebenarnya cicilannya memberatkan. Atau lebih parah lagi meminjam uang
untuk membeli handphone yang diinginkan.
So, syah-syah saja sebenarnya berganti handphone setiap bulan
atau malah baru ganti setelah handphone rusak, seperti saya. Asalkan, menurut
saya, disesuaikan dengan kebutuhan. Jika memang perlu dan uangnya ada, tak
masalah. Cuma memang akan lebih baik jika kita berpikir dulu sebelum membeli.
Benarkah kita memerlukan barang itu atau semata karena ketertarikan sesaat?
Jangan sampai kita jatuh menjadi orang yang mubadzir.
Saya sendiri termasuk orang yang amat “pengiritan”. Iya,
soalnya saya membeli handphone baru setelah yang lama sama sekali tak bisa
dipakai lagi. Selain karena budget terbatas, saya memang hanya memerlukan
handphone yang bisa dipakai untuk mengirim sms atau menelepon. Kalaupun hp saya
itu bisa dipakai untuk mengambil gambar atau akses internet, saya anggap itu
bonus. Lagipula, pekerjaan saya juga tak terlalu mengharuskan saya untuk online setiap saat. Jika saya ingin
mengakses internet, cukup menggunakan laptop saja. So, sampai sekarang saya merasa
tak perlu membeli smart phone tapi
cukuplah sebuah “fair” phone alias
telepon yang “nggak terlalu pintar” dan biasa-biasa saja ha..ha..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar