Pagi
itu saya bangun dengan tergesa. Setelah shalat shubuh saya lalu merendam
pakaian. Nggak simpel juga karena
saya harus memilah baju anak dan dewasa. Untuk baju anak saya rendam dengan
deterjen khusus sedangkan untuk baju-baju dewasa saya rendam dengan deterjen
biasa. Sambil menunggu rendaman, saya bergegas mencuci piring dan gelas kotor.
Baru saja saya hendak mencuci piring terakhir, anak saya terbangun. Seperti
biasa, ia bakal berteriak memanggil-manggil saya,
“Ummi...!”.
suaranya.
Saya
tak segera menghampiri. Tanggung. Mungkin karena tak ada sahutan anak saya mulai
memanggil sambil merengek,
“Bangun
aja, Nak. Ummi lagi cuci piring.” Sahut saya sambil terus mencuci.
Tak
lama, terdengar suara pintu kamar dibuka. Anak saya muncul dengan rambut kusut
dan baju basah kena ompol. Saya segera menghampiri. Mengajaknya ke kamar mandi
untuk bersih-bersih lalu mengganti baju dan celananya. Untunglah dia tak rewel
saat saya suruh ia duduk-duduk di teras sambil membawa mainannya.
Segera
saya menuju ke belakang dan mulai mencuci pakaian. Biasanya, pembantu saya yang
melakukan tugas ini. Karena dia (dipaksa) pulang kampung sejak seminggu lalu,
pekerjaan mencuci pun kini harus saya handle
sendiri. Padahal saya agak malas kalau harus mencuci pagi-pagi. Sambil mencuci,
saya mencoba menajamkan telinga, kalau-kalau suara Ihsan tak terdengar lagi.
Karena tak diawasi, kadang dia main sendiri ke rumah temannya yang tinggal tak
jauh dari rumah. Jika sudah begitu, saya harus mengecek dimana dia berada. Saya
ngeri kalau tiba-tiba dia main ke jalan depan rumah.
Tiga
puluh menit kemudian, cucian sudah siap dijemur. Saya lalu mengambil gantungan
baju, membawa ember dan baskom berisi cucian bersih ke depan rumah. Ihsan sudah
tak kelihatan. Sebelum menjemur, saya sempatkan mencari anak saya itu.
Oh..ternyata dia main di rumah sebelah. Saya pun segera meneruskan “acara”
menjemur saya.
Selesai
menjemur, pekerjaan lain sudah menunggu. Kamar belum dirapikan, meja masih
kotor, mainan Ihsan masih berserakan di karpet, menjerang air untuk
minum..Tiba-tiba saya ingat kalau saya belum menyiapkan sarapan. Ah..mending
bikin sarapan dulu, pikir saya. Sekalian buat sarapan Ihsan juga. Kebetulan
suami saya sudah pergi futsal sejak pagi dan biasanya dia baru makan besar
sepulang olahraga siang nanti.
Saya
lalu menuju dapur, mengiris bawang dan mengocok telur untuk dadar. Masih ada
sisa nasi kemarin. Rencananya akan saya buat nasi goreng saja. Setelah lima
menit jadilah sarapan ala kadarnya. Saya memanggil Ihsan pulang dan membujuknya
sarapan. Kami lalu makan di teras. Tak sampai 10 suap, anak saya mengaku sudah
kenyang,
“Kalau
gitu, Ummi buatkan sereal aja, ya?”
tawar saya. Kalau belum kenyang makan, anak saya jadi suka jajan. Anak saya
mengangguk.
Saya
memanaskan dispencer dan menyiapkan
susu serta sereal Ihsan. Saya menunggu air panas sambil menuntaskan sarapan.
Setelah siap, saya membawakan semangkuk sereal untuk Ihsan ke teras,
“Ihsan
makan sendiri,ya..Ummi mau beres-beres.”
Saya
lalu “terbang” ke dalam, mengisi panci untuk merebus air. Sambil menunggu air
matang, saya membereskan kamar dan mainan yang berserak, mengelap meja,
membenahi baju-baju yang sudah disetrika serta menyapu lantai. Selama itu, anak
saya beberapa kali bolak-balik untuk pipis, mengambil minum atau meminta saya mengambilkan
mainannya di lemari.
Sekitar
jam setengah sembilan saya memutuskan untuk memandikan Ihsan sebelum mengepel
lantai. Ini juga aktivitas lumayan melelahkan karena saya harus dengan sabar
membujuknya sikat gigi dan keramas. Belum lagi jika ia ingin membawa mainannya.
Biasanya ia akan memilih bermain ketimbang segera mandi. Untunglah hari ini anak saya
lumayan kooperatif. Cukup lima belas menit untuk memandikan dan memakaikan
bajunya.
Saya
pun segera mandi mumpung anak saya asyik bermain dengan temannya di teras
rumah. Masih ada pekerjaan lain setelah ini. Merapikan teras, mengepel dan
memasak. Karenanya, selesai berpakaian saya segera merapikan depan rumah dan
mulai mengepel.
Baru
saja saya masuk ke dalam rumah untuk menyimpan ember, saya melihat ruang tamu
sudah kotor lagi akibat ulah anak saya dan temannya. Argh..rasanya pengen
marah..Tapi urung karena saya pikir itu sia-sia saja. Mendingan saya mulai
merebus daging dan mengupas sayuran untuk bahan sop nanti...Anyway, semua
aktivitas itu baru berhenti jam setengah 12 siang. Saya mulai merasa lelah tapi
saya masih harus menyiapkan makan siang Ihsan dan suami saya..Oh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar