Rabu, 10 Oktober 2012

Jadilah Pintar..Dan Kaya!



sumber: smpmuhammadiyah2godean.com

 Ini kisah Mutiarani. Gadis sederhana lulusan SMK 2 Semarang jurusan Ekonomi Akuntansi ini menjadi peraih nilai Ujian Nasional tertinggi tingkat SMA/SMK  tahun ajaran 2011/2012 dengan nilai nyaris sempurna: 29,6. Ironisnya, gadis yatim ini terancam tak mampu meneruskan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi karena ketidakadaan biaya. Ibunya, Sutarmi, hanyalah seorang pembantu rumah tangga dengan penghasilan 600 ribu per bulan. Dengan penghasilan itu lah ia menghidupi Mutiarani dan 2 anaknya yang lain. Sebenarnya, Mutiarani bukannya tak berusaha. Ia sempat mencoba tes program beasiswa Bidik Misi di Universitas Negeri Semarang tetapi gagal. Kini, Sutarmi hanya berharap akan ada dermawan yang terketuk hatinya untuk membantu biaya kuliah putrinya itu.

Begitulah nasib anak pintar di negara kita. Pintar bukan jaminan bisa sekolah tinggi. Padahal pendidikan, meminjam istilahnya pak Anis Baswedan, hendaknya mampu menjadi eskalator kehidupan seseorang, mengangkat “derajat”nya dari tingkat bawah ke level menengah atau  atas. Banyak orang sukses negeri ini yang berasal dari keluarga tak berada. Namun berkat pendidikan, mereka mampu menjadi kalangan terpelajar dengan kontribusi tak sedikit untuk bangsa ini. Mereka mampu menduduki posisi-posisi strategis dan mumpuni di bidangnya.

Dulu, jika kita mampu secara akademis tapi tak mampu secara ekonomi, ada pilihan untuk sekolah di perguruan tinggi negeri yang biayanya masih terjangkau. Tapi kini, biaya kuliah di negeri dan swasta hampir tak ada bedanya. Beruntung lah jika kita pintar plus punya uang. Ada begitu banyak kesempatan untuk kuliah entah di negeri, swasta bahkan di luar negeri. Jika kita malas bersaing dengan ratusan ribu pesaing di SMPTN tapi punya uang, kita masih tetap punya kesempatan kuliah. Kita dapat mencoba jalur lain yang disebut “jalur khusus”. Berbeda dengan “jalur biasa” alias SNPMTN tadi, jalur “luar biasa” ini membutuhkan persyaratan lain selain kemampuan akademis, kemampuan finansial. 

sumber: hasanaji.blogspot.com
 Yang agak sulit adalah ketika kita (sama sekali) tak punya uang. Kalaupun kita mampu lolos SMPTN pun, “rintangan” selanjutnya masih menghadang: biaya kuliah yang melangit. Seorang Bapak yang anaknya lolos SMPTN mengungkapkan kekagetannya saat harus membayar 40 juta untuk mendaftar ulang. Seperti dikutip dari kompas.com, orang tua calon mahasiswa itu tadinya berpikir kalau hanya akan membayar setidaknya 5 juta rupiah saja,
“Itu makanya semua orang ngejar dan berjuang ke SNMPTN. Kalau bayarnya mahal karena melalui jalur ujian masuk mandiri, kami maklum. Tetapi, ini SNMPTN," paparnya. 

Begitulah..Masih untung jika kita pintar dan lolos beasiswa. Masih ada harapan untuk mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Jika tidak, maka harapan untuk kuliah hanya tinggal harapan. Sebenarnya, ada yang disebut dengan program subsidi silang di perguruan tinggi. Maksudnya untuk memberikan kesempatan lebih besar bagi siswa tak mampu untuk berkuliah di kampus idaman. Namun dalam pelaksanaannya memang masih harus dibenahi. 

Untuk mampu menggratiskan biaya pendidikan seperti di Jerman, mungkin memang masih jauh. Andaikan dana yang ada termanfaatkan dengan baik tanpa kebocoran di sana sini, kemungkinan untuk menuju ke arah sana mungkin akan terbuka. Saya hanya prihatin jika masih ada anak yang bahkan untuk lulus sekolah dasar saja tak mampu karena tak ada biaya. Meskipun kuliah bukan segalanya, saya menyayangkan masih banyak anak-anak berkualitas yang terhalang langkahnya untuk mengecap pendidikan tinggi karena keterbatasan ekonomi.

So, di negeri ini ada “rumus” yang harus dimiliki orang tua jika anaknya ingin kuliah. Jadilah pintar dan..banyak uang! Jika tidak, berkuliah bisa jadi hanya sebatas angan. (Kamis malam, 27 September 2012)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar