Kamis, 04 Oktober 2012

Merancang (Lagi) Mimpi-Mimpi Itu



Sumber: emagzine.org

Suatu hari, Zivanna Letisha Siregar pernah menuliskan mimpinya untuk menjadi Putri Indonesia 2008 di selembar kertas. Ia lalu menggambar sebuah mahkota sebagai visualisasi dari keinginannya itu. Siapa sangka, Zivanna benar-benar menjadi Putri Indonesia 2008! Padahal, visualisasi itu ia lakukan jauh sebelum mimpi itu menjadi nyata.

Itu mungkin yang disebut rancangan keinginan. Maksudnya, ketika kita memiliki mimpi-apapun itu, tuliskanlah. Rhonda Byrne-penulis buku The Secret -bahkan menganjurkan kita untuk memvisualisasikan mimpi kita itu hingga sedetail-detailnya. Contohnya, jika kita sangat ingin punya rumah, tempelkan gambar minimal rancangan rumah idaman itu di dinding kamar. Satu hari nanti, kata Byrne, mimpi kita itu akan jadi nyata. 

Saya sendiri, sebenarnya lebih percaya pada action-nya ketimbang sekedar visualisasi. Visualisasi hanyalah salah satu cara untuk membuat rancangan mimpi kita lebih jelas, lebih nyata bagi kita yang kemudian menjadi penyemangat untuk meraihnya. Saya yakin Zivanna pasti melakukan usaha untuk mewujudkan mimpinya menjadi the next Putri Indonesia, tak sebatas memvisualisasikannya lalu tak melakukan apa-apa.

Masalahnya, saya bukan tipe orang yang dengan telaten merancang mimpi-mimpi saya, apalagi menuliskan dan memvisualisasikannya. Kebayang kan kalau untuk merancangnya saja enggak, apalagi untuk do something. Alhasil, seringkali ketika saya punya keinginan A atau B saya tak bisa mencapainya. Karena nggak ada rancangannya, saya jadi nggak fokus, tak termotivasi untuk berusaha, tambah lagi saya angin-anginan..Hingga belakangan, saya merasa ada sesuatu yang salah dalam hidup saya. Di usia yang sudah nggak muda lagi-hiks..- saya kok merasa belum ada pencapaian berarti yang mampu saya raih. Sementara banyak orang di luar sana dengan usia yang sama sudah mampu terbang, saya masih berjalan pelan.

Sumber : lacrosselibrary.org
 Ok..saya ingin jadi penulis. Hasilnya?Saya masih berkutat dengan “latihan menulis” dan bukan sudah mampu menghasilkan buku misalnya. Saya juga ingin punya taman bacaan. Ini proyek sosial yang ingin saya garap serius sejak 2 tahun lalu. Hasilnya? Bahkan untuk membuat rancangannya pun saya belum punya. Cuma banyangan saja tapi belum terealisasi minimal dalam bentuk outline gitu..Apalagi menghasilkan taman bacaan sungguhan. Wah..masih jauh dari bayangan. Saya ingin menjadi penghapal quran, minimal hapalan saya nambah. Hasilnya? Hapalan saya masih segini-gini aja. Padahal, sudah belasan tahun lalu saya memulai, tapi hapalan saya kalah amat jauh dari mereka mulai setahun belakangan.

Saya lalu melongok teman-teman saya, orang-orang yang dulu menginspirasi saya atau mereka-mereka yang usianya sebaya atau di bawah saya. Ada yang sudah jadi penulis kawakan, ada yang sudah jadi penghapal quran setidaknya istiqomah untuk terus menghapal...Padahal, bukankah Allah sudah memberi saya waktu yang sama, potensi yang tak kalah kalau saya mau asah..Saya merasa telah menyia-nyiakan diri dan potensi yang mungkin saya punyai. 

Saya tak mau semuanya hanya sebatas ngurek-ngurek di kepala tanpa ada realisasinya. Saya harus merancang kembali mimpi-mimpi saya dan mengejarnya!...Saya ingin ada “nilai” yang saya punya sebelum usia saya makin bertambah. Mungkin dapat  saya mulai dengan menggambarkan apa yang jadi mimpi saya dan menempelkannya di dinding. (Renungan sepanjang September 2012)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar