Selasa, 16 Oktober 2012

I Am Forget, Miss!



Sebagai guru Bahasa Inggris di sebuah lembaga, saya pernah menemui beragam karakter murid dengan beragam kemampuan dan dinamikanya. Setelah saya merasakan menjadi pengajar Bahasa Inggris, saya juga jadi tahu kenapa misalnya saya dan teman-teman sekolah dulu susaah...memahami bahasa itu. And these are the things i get from becoming a teacher:

-      Kemampuan Berbahasa Tidak Bisa Dipaksakan.
Pantas saja Howard Gardner memasukkan kecerdasan berbahasa sebagai salah satu dari 7 kecerdasan majemuk yang dimiliki manusia. Ya..karena  ternyata, tak semua anak yang saya ajar dapat menguasai bahasa Inggris meskipun mereka sudah mulai belajar sejak SD. Walaupun mereka tergolong rajin hadir dan berusaha mengikuti pelajaran dengan baik, tetap saja nggak naik level.
Tapi, ada anak yang sejak SD sudah menunjukkan kecemerlangan berbahasanya. Mudah mengerti dan menunjukkan perkembangan signifikan beberapa tahun kemudian. Saya yakin bahwa anak yang nggak naik level itu bukan anak bodoh. Buktinya, ada juga yang prestasinya di sekolah lumayan. Hanya saja, mungkin mereka tidak memiliki kecerdasan berbahasa seperti teorinya Gardner.
Saya berkaca pada pengalaman saya sendiri. Saya relatif mudah memahami bahasa asing apapun. Nilai-nilai saya selalu bagus untuk pelajaran Bahasa. Tapi saya sangat kurang di pelajaran Matematika dan pelajaran eksak lainnya. Biarpun sudah belajar seminggu penuh, tetap aja nilai tertinggi saya cuma 8..Seringnya malah 6 ke bawah..

-      Metode Yang Tepat
Saya ingat, dulu saya bete banget belajar bahasa Inggris di masa sekolah. Ada yang gurunya jarang masuk, cara menerangkannya sulit dipahami, ada juga yang sering ngasih tugas yang nggak masuk akal- menerjemahkan teks dari koran bahasa Inggris tapi nggak pernah membekali murid dengan ilmu menerjemahkan. Tapi, saat saya ikut les Inggris di sebuah lembaga, saya bisa lebih enjoy belajar karena metode penyampaiannya yang berbeda.
Saat belajar memahami sebuah teks misalnya, guru saya membuatnya menjadi sebuah permainan, membagi-bagi teks ke dalam bentuk jigsaw atau membuat kompetisi. Selama mengajar, saya pun mencoba menerapkan hal yang sama. Saya pernah mengajarkan adverb sambil mengajak murid-murid saya nonton cuplikan konser Super Junior. Setelah itu, saya minta mereka membuat komentar tentang konser itu dengan menggunakan adverb yang sudah saya ajarkan sebelumnya. Dengan membuat suasana menyenangkan, mereka nggak merasa sedang belajar, i think! 

-      Mendorong Agar Tak Takut Berbuat Kesalahan
Banyak anak yang jago grammar, tapi saat diajak bercaka-cakap mereka kurang mampu. Berdasarkan pengalaman saya selama sekolah, hal itu terjadi karena pengajar kurang mendorong murid untuk berani berbicara dalam bahasa asing itu. Sekalinya ngomong langsung dikoreksi karena grammarnya salah de es be. Akhirnya murid memilih diam daripada diomeli.

Saya berusaha untuk mengubah hal itu. Saya mendorong murid-murid saya untuk berani berbicara bahasa Inggris meskipun belepotan he..he..Misalnya mereka bilang “I am forget, Miss” padahal seharusnya “I forget”. Yang penting berani dulu. Tata bahasa dan sebagainya bisa dipelajari sambil jalan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar