Selasa, 30 Juni 2020

Seteru Tak Berujung, Cebong Versus Kampret


Hayooo.. udah di-unfollow belum?” isi status seorang teman di akun sosial medianya. Saya bertanya-tanya, meng-unfollow siapakah? Belakangan saya baru ngeh kalau yang dimaksud adalah berhenti mengikuti akun sosial media seorang publik figur yang selama ini dikenal dengan aktivitas sosialnya. Beberapa hari lalu, si public figur mengunggah fotonya dengan Pak Presiden dengan caption puja-puji, “Aku kecewa.... ternyata dia cebong.” komentar orang-orang di status teman saya itu. Ternyata, itu maksudnya. Meng-unfollow karena sang idola ternyata pengagum tokoh yang bukan tokoh dukungannya.

Masih Berlanjut?
Tadinya, saya berpikir kalau perseteruan kecebong- sebutan untuk pendukung nomor 01 Jokowi dan kampret- sebutan untuk pendukung nomor 02 Prabowo di Pilpres lalu akan berakhir setelah pesta demokrasi itu usai. Ternyata tidak. Media sosial tetap ramai dengan para pendukung masing-masing (calon) presiden yang seperti tak lelah saling hujat, saling jelek menjelekkan.
Setiap kali pemerintah membuat sebuah kebijakan atau ada kejadian apapun yang berhubungan dengan pemerintahan saat ini, netizen nonpendukung 01 akan ramai mengomentari. Jika sudah begitu, pendukung Pak Pres akan balik membalas dengan tak kalah nyinyirnya.  Belum lagi jika buzzer, konon dibayar untuk menaikkan dan menjaga citra tokoh dukungannya, juga ikut menjelekkan tokoh yang dianggap bersebrangan dengan dukungannya itu.  Rasanya dunia maya makin hiruk pikuk saja.

Pilihan Pribadi
Tentu saya pun punya pilihan saat Pilpres lalu. Ketika jagoan saya tidak menang, rasa kecewa pasti ada. Satu hal, saya tidak lantas menjadi orang yang selalu menganggap apa yang dilakukan pemerintah itu buruk atau sebaliknya.  Saya mencoba untuk tetap subjektif: mengkritik di media sosial jika memang saya merasa perlu diperbaiki dan dikritisi, jika baik ya saya apresiasi. Setidaknya saya tidak berkomentar yang tak perlu. Apalagi jika saya tak terlalu paham duduk perkaranya.
Teman-teman saya di media sosial juga bermacam-macam dan sudah pasti tak selalu satu dukungan dengan saya. Buat saya, itu tak masalah. Selama mereka tidak menjelekkan siapapun, tidak menyerang fisik seseorang atau sesama pendukung dan tidak mengungkit isu SARA, buat saya syah-syah saja jika mereka memuja-muji orang yang didukungnya. Walaupun mungkin bagi saya terkesan berlebihan dan sangat subjektif, tapi memang begitu kan sikap kita pada idola pada umumnya? Saya pun pasti akan cenderung mengunggah sisi-sisi positif saja dari tokoh atau idola saya itu.

Soal Pribadi
Kembali ke soal artis sekaligus YouTuber yang mendadak di-unfollow banyak orang karena unggahannya itu, kenapa harus begitu? Jika memang ia pendukung salah satu, lalu menulis caption penuh pujian, apa salahnya? Pujiannya terkesan berlebihan dan nggak sesuai kenyataan? Ya sudah.. Wajar rasanya seseorang memuji orang yang ia idolakan.
Secara pribadi, saya melihat dia bukan artis bermasalah. Setidaknya, isi kontennya positif, bahkan menginspirasi banyak orang untuk banyak beramal seperti dirinya. “Kesalahan” nya hanya satu: menjadi pendukung dan memuji seseorang yang kebetulan bukan orang yang banyak netizen idolakan-setidaknya netizen yang selama ini sudah kadung mem-follow dan menyukainya.
Mau meng-unfollow dia? Ya silahkan saja. Kebetulan saya memang tak punya akun instagram jadi memang tak bisa meng-unfollow siapapun haha..  Hanya saja, saya lebih suka menempatkan semua pada tempatnya. Jika teman saya pendukung seseorang yang berbeda dengan saya, namun secara pribadi dia baik, saya memilih tetap berteman dengannya no matter what. Kecuali, seperti saya bilang tadi, dia sudah menyinggung dengan menjelekkan fisik dan SARA, tanpa diminta pun saya akan memilih untuk meng-unfriend atau mejaga jarak saja dengannya dalam kehidupan nyata.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar