Jumat, 26 Juni 2020

Yang Datang Dan Yang (Nyaris) Hilang


Kemajuan teknologi mau tak mau akan membawa pengaruh dalam berbagai sisi kehidupan kita baik dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Makin banyaknya orang menggunakan handphone (android) misalnya tanpa disadari membawa perubahan tidak sedikit dalam hidup kita sehari-hari. Hilangnya beberapa jenis pekerjaan merupakan salah satu konsekuensi logis dari kemajuan teknologi itu. Berikut beberapa hal  yang tak lagi ada atau sulit ditemukan lagi keberadaannya karena adanya handphone (android) menurut penulis:

1.  Kartu lebaran
Foto: kompasiana.com
Dulu      : Setiap jelang hari raya toko-toko maupun supermarket biasanya menjual kartu-kartu lebaran beraneka rupa. Pembelinya membludak. Kartu-kartu ini biasanya dikirimkan kepada teman, sahabat, kerabat bahkan idola. Saya ingat, saat magang di kantor pos jelang lebaran, saya banyak menemukan kartu lebaran yang dikirimkan untuk penyanyi ibukota.
Kini       :Keberadaan handphone memungkinkan orang untuk mengirim pesan atau ucapan selamat melalui pesan singkat (SMS). Setelah ada aplikasi Whatssup (WA), kita bahkan bisa mengirim ucapan selamat dengan gambar-gambar menarik. Kartu lebaran tak lagi laku. Kalaupun masih ada yang membeli, biasanya hanya instansi-instansi tertentu saja. Kadang mereka malah membuat kartu sendiri untuk dikirimkan kepada para kolega.

2.  Telepon Umum Tunggu (TUT)
Dulu      :Sebelum handphone ada atau hanya segelintir orang yang bisa memilikinya, telepon menjadi alat komunikasi yang banyak digunakan jika ingin bercakap-cakap dengan teman atau kerabat jauh. Keberadaan TUT sangat bermanfaat. TUT biasanya berupa bilik-bilik atau kotak kaca yang banyak jumlahnya dan diberi nomor. Jika ingin menelepon, kita tinggal masuk ke salah satu bilik dan menelepon selama kita memerlukan. Setelah selesai, penjaga TUT akan menyebutkan nominal yang harus dibayar sesuai lama kita menelepon. Dibandingkan dengan telepon umum satuan, TUT lebih nyaman dan praktis karena kita tak perlu menyiapkan koin untuk menelepon atau khawatir akan kehabisan koin hingga percakapan terputus. Tempat bertelepon dalam bilik di TUT menjadi tempat ngobrol atau nge-date via telepon paling nyaman hingga sering jadi tempat nongkrong para abg di masanya. Soal diomeli karena bikin orang mengantri sih tak masalah asalkan bisa ngobrol puas di telepon tanpa khawatir bakal terdengar orang lain.
Kini       : Setelah harga handphone makin terjangkau, keberadaan TUT lama-lama tak lagi dibutuhkan. Orang tak perlu menggunakan telepon umum untuk berkomunikasi. Handphone dirasa lebih praktis dan mudah.

3.  Warung Internet (Warnet)
Foto: kaskus.co.id
Dulu      : Sebelum handphone android banyak dipakai, orang biasa mengakses internet melalui komputer di warung internet. Warnet menjadi bisnis yang sangat menguntungkan terutama jika berlokasi di sekitar kampus atau perkantoran. Biaya akses internet per jamnya pun cukup terjangkau, hanya 3000-5000 rupiah per jam. Sampai sekitar 5 tahun lalu, saya masih bisa menemukan warnet di seputaran rumah.
Kini       :Internet mudah diakses melalui hape android. Tidak perlu capek-capek pergi ke warnet. Lama kelamaan, warnet tak lagi banyak ditemukan. Kalaupun ada, biasanya menyatu dengan usaha pengetikan dan print.

4.  Koran dan Majalah
Dulu      : Koran dan majalah menjadi media yang banyak dibeli orang untuk memperoleh informasi. Jumlahnya juga banyak. Agen selalu ramai dan mereka bisa hidup makmur dari berjualan koran dan majalah saja.
Sekarang : Informasi bisa diakses sekali klik melalui handphone android. Tidak perlu capek-capek mencari penjual koran. Cukup sambil rebahan di rumah kita bisa mengakses informasi apapun di handphone kita. Koran dan majalah tak lagi jadi primadona. Banyak media cetak yang gulung tikar atau beralih ke format online walaupun tak seeksis saat dalam bentuk media cetak. Media yang masih terbit umumnya dimiliki perusahaan besar yang sudah mapan.

5.  Tukang Foto Keliling
Foto: tribunnews.com
Dulu      : Ingatkah dulu, setiap kali berkunjung ke tempat wisata hampir selalu ada para tukang foto keliling sekali jadi yang menawarkan jasanya. Kita pun dengan senang hati minta difotokan lalu membayarnya. Ada pula tukang foto yang menjepret setiap pengunjung lalu fotonya dipajang dan dijual. Jika mau, kita bisa membelinya sebagai kenang-kenangan.
Sekarang : Keberadaan tukang foto terpinggirkan setelah handphone makin terjangkau. Memfoto dengan hape lebih mudah, tidak perlu membayar lagi, bahkan kualitasnya bisa jadi lebih baik. Jika pergi ke tempat wisata, tukang foto keliling masih ada satu dua, namun tak lagi banyak dicari orang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar