Minggu, 18 November 2012

Sebulan Tanpa Pembantu..



Sebulan sudah saya tak punya pembantu. Ini rekor sebetulnya. Sebelumnya, paling lama seminggu saya tak punya pembantu. Saat pembantu yang satu berhenti, cepat pula saya dapat pengganti. Mungkin karena pembantu saya yang terakhir kemarin berhenti di saat “stok” pembantu di kampung sudah habis. Biasanya, mereka kan pulang kampung saat lebaran. Sementara, pembantu saya ini pulang kampung bulan Oktober, 2 bulan setelah Lebaran. Saat itu para gadis yang biasa bekerja jadi pembantu mungkin baru memulai kerjanya, entah di tempat baru atau lama. Tak ada yang tinggal di kampung kecuali mereka yang sudah menikah atau punya anak.

Gambar: www.rnw.nl

Awalnya terasa agak berat. Terutama karena sekarang saya harus melakukan 2 pekerjaan sekaligus. Mengurus rumah sambil mengawasi anak. Padahal saya bekerja juga. Apalagi anak saya sangat aktif. Lengah sedikit dia sudah hilang dari pandangan. Untunglah saya kerja mulai siang hari. Jadi pagi harinya saya bisa punya waktu untuk bebenah rumah dan menyiapkan menu makan anak saya.
Banyak hal yang juga berubah setelah tak ada pembantu. Misalnya saat waktunya anak makan saya harus berhenti sejenak untuk menyuapi, minimal mengawasinya makan. Otomatis pekerjaan saya juga harus tertunda. Saya juga tak bisa lagi rebahan sebentar. Dulu, sementara saya rebahan melepas lelah sebelum berangkat kerja, pembantu saya yang akan mengawasi anak saya main atau menyiapkan bahan untuk dimasak hari itu. Sekarang, rebahan berarti mengurangi waktu saya mengerjakan tugas-tugas lain.
Dulu, saya tak terlalu pusing jika harus pergi saat weekend karena ada pembantu. Sekarang, saya harus berpikir panjang kalau ingin pergi keluar  karena saya tak enak kalau saat libur ibu mertua saya masih harus menjaga anak saya juga. Yang paling terasa sih, saat suami saya tak di rumah karena harus pulang malam, tak ada yang menemani saya lagi. Anak saya seringnya tidur cepat. Jadilah saya bengong sendirian berteman TV yang sengaja saya nyalakan agar saya tak kesepian.
Apa hikmah hidup tanpa pembantu? Pertama, saya merasa makin terlatih me-manage waktu. Dulu, kalau saya tak sempat menyetrika akan ada pembantu yang meng-handle pekerjaan itu. Kalau saya bangun kesiangan, ada pembantu yang mencucikan baju-baju. Sekarang tak bisa begitu lagi. Kalau saya tak pintar-pintar membagi waktu, pekerjaan rumah terbengkalai, saya pun tak bisa berangkat kerja tepat waktu.
Kedua, saya lebih mensyukuri waktu luang. Karena banyak yang harus saya kerjakan setiap hari, saya sering merasa kehilangan waktu untuk diri sendiri dan melakukan hal yang membuat saya relaks. Sekarang, saat saya punya waktu sedikit saja untuk membaca atau browsing internet, rasanya senang..sekali. Saya juga merasa amat menikmati moment “langka” itu.
Ketiga, anak saya juga lebih mandiri. Selama ini, dia selalu punya “pendamping” yang menemaninya main, tidur siang atau makan. Sekarang, tak selalu saya atau neneknya bisa menemaninya melakukan aktivitas itu. Saya lihat sih dia sudah lebih mampu mencari teman sendiri dan tak perlu ditemani saya lagi.
Tapi bagaimanapun saya lebih senang ada asisten rumah tangga yang dapat membantu saya mengawasi anak dan mengerjakan tugas rumah tangga setiap harinya. Sampai sekarang saya masih mencari..Mudah-mudahan cepat ada pengganti..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar