Sumber: www.blomada.com |
Banyak ibu yang tahu betapa
pentingnya ASI bagi bayi terutama pada 6 bulan pertama. Namun tak selalu para
Ibu berhasil memberi ASI karena berbagai alasan entah karena memang ASI-nya tak
keluar atau karena hal lain. Alhamdulillah saya dapat memberikan ASI ekslusif
untuk anak saya, Ihsan, bahkan sampai usianya 2 tahun lebih. Saya melihat Ihsan
memiliki daya tahan yang lebih baik dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang
tak diberi ASI. Ini beberapa tips yang saya tulis berdasarkan pengalaman saya,
jika ibu memang ingin memberikan ASI:
a. Cari Informasi. Apa yang diberikan kepada bayi pertama kali akan amat
mempengaruhi apakah program pemberian ASI (eksklusif) bisa berjalan atau tidak.
Banyak bidan dan rumah sakit yang langsung memberikan susu formula (sufor) pada
bayi baru lahir meskipun alasannya sebenarnya tak dapat dibenarkan. Setahu
saya, banyak produsen susu sengaja mendekati rumah sakit atau bidan agar mereka
“membantu” memasarkan produknya, salah satunya ya dengan mempekenalkan sufor
produk mereka ke bayi yang baru lahir. Tentu saja rumah sakit atau bidan itu
akan mendapat imbalan. Mama saya yang mantan PNS di Dinas Kesehatan bercerita,
ada bidan teman kerjanya yang bisa umrah atas biaya produsen sufor karena
dianggap berhasil “memasarkan” produk mereka. Padahalj ika bayi sudah telanjur
diberi sufor di awal harinya, bisa dipastikan ia bakal menolak ASI ibunya.
Saya
beruntung karena di bidan tempat saya melahirkan saya didukung untuk memberi
ASI ekslusif. Bahkan kalaupun ASI ibu belum keluar hingga hari kedua, bidan itu
tetap tak memberikan sufor. Selama itu, ibu disarankan untuk terus mencoba memberikan
ASI ke bayi agar produksi ASI dapat terangsang. Karena itu jika memungkinkan
sejak sebelum hamil cari informasi mengenai rumah sakit atau bidan mana yang
dapat mendukung niat kita memberikan ASI.
b. Dukungan Suami. Suami berperan amat penting dalam mendukung program ASI.
Dukungan itu berpengaruh terhadap ibu secara psikologis. Jika ibu nyaman secara
psikologis, ini pun dapat mempengaruhi produksi ASInya. Karenanya, selalu
sosialisasikan tentang pentingnya ASI pada suami. Syukur-syukur jika suami
sudah teredukasi sebelumnya. Dukungan suami juga berguna saat anggota keluarga
lain kurang mendukung karena ketidaktahuan mereka. Misalnya, ibu atau ibu
mertua kita.
c. Update Pengetahuan. Banyak mitos seputar ASI yang bukan tak mungkin akan
menyurutkan niat kita untuk memberi ASI. ASI basi lah..ASI tak mengenyangkan
lah..Karenanya, terus update pengetahuan kita tentang ASI atau apa pun yang
berhubungan dengan bayi. Maksudnya, tentu saja agar kita tak “tersesat” dan
mengambil keputusan yang salah. Sekarang, banyak narasumber yang dapat kita
andalkan. Internet, buku, majalah atau melalui milis misalnya.
d. Doa. Adalah hal yang terakhir yang tak
boleh dilupakan. Minta pada Allah agar niat kita memberi ASI dikuatkan,
dimudahkan dan dilancarkan. Bisa saja kita telah berusaha mencari rumah sakit
yang mendukung program kita, tapi ternyata kita tak dapat melahirkan di sana.
Jadi, doa mutlak perlu ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar