Gambar : medanmagazine.com |
Tiba-tiba
saja, uang 100 ribu saya raib dari dompet. Padahal seingat saya, setelah
membeli beberapa kebutuhan saya langsung memasukkan sisa uang itu ke dompet
besar dan menyimpannya di tas. Tapi sekarang..yang tersisa hanya beberapa puluh
ribu saja. Anehnya, yang hilang hanya uang yang seratus ribu itu. Sementara HP
yang saya simpan di dompet itu juga malah masih ada.
Saya lalu
mencoba mengingat-ingat. Siapa tahu saya hanya lupa menyimpan. Saya cari lagi
di tempat lain, dalam tas, di lipatan buku, tetap tak ada. Berarti..hilang?
Kalau hilang, siapa yang mengambilnya? Seingat saya, selama ini tempat kerja
saya termasuk aman dari tangan-tangan jahil. Ruangan tempat saya menyimpan tas
juga tak kosong. Ada supervisor dan seorang anak teman saya yang duduk-duduk
sambil main komputer di sana. Rasanya tak mungkin jika salah satu dari mereka
yang mengambil. Jangan-jangan..office
Boy atau satpam yang mengambil?
Biasanya mereka keluar masuk ruangan itu sekedar untuk membuat kopi atau
menyiapkan properti mengajar.
Saya
beristighfar. Ah..saya tak mau berprasangka. Gimana kalau saya salah kira?. Kan dosa..Akhirnya, saya ikhlaskan
saja. Mungkin kehilangan ini teguran dari Allah karena saya enggan bersedekah
atau lupa berzakat. Sulit pastinya. Apalagi uang itu rencananya akan saya pakai
untuk membayar keperluan lain. Lagipula, siapa sih yang mau kehilangan sesuatu? Bahkan ketika yang hilang itu barang
yang selama ini tak kita pakai lagi,
perasaan kehilangan mungkin akan tetap ada.
Makanya,
ada orang yang memiliki banyak harta lalu menggunakan berbagai cara untuk
memprotek hartanya itu agar tak hilang. Menyimpannya dalam brankas berkode
rahasia, menitipkan di bank bahkan menyewa penjaga keamanan atau memelihara
anjing. Saya yakin semua itu dilakukan karena manusia cenderung untuk takut
kehilangan apa pun yang dimilikinya.
Pantaslah
jika Ali Bin Abi Thalib pernah berkata” “tempatkan harta di tanganmu, bukan
dalam hatimu.” Ya..karena ketika harta sudah kita tempatkan dalam hati, akan
terasa amat berat ketika suatu saat Allah mengambilnya dari kita. Karena kecopetan
misalnya, kena banjir, atau sebab-sebab lain yang menyebabkannya hilang.
Padahal pada hakikatnya semua yang kita miliki saat ini adalah amanah, titipan
dari Allah. Jika si pemilik hendak mengambilnya suatu hari, tak pantas kita
menolak atau marah berlebihan.
Karenanya
ketika kehilangan sesuatu, saya selalu berusaha mengintrospeksi diri. Saya
yakin tak semata Allah menimpakan suatu musibah jika tak ada hikmahnya. Saat
saya kehilangan uang saya akan berpikir: “apakah saya mengalaminya karena saya
jarang sedekah?atau saya terlalu ceroboh menyimpan uang atau barang apa pun
hingga Allah menegur saya dengan cara itu?. Berpikiran postitif membantu saya
ikhlas menerima, tak lantas “marah” karena kehilangan itu. Mungkin orang yang
mengambil uang itu jauh lebih membutuhakan dibandingkan saya.
Saya
berdoa saja semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Amiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar