Rabu, 05 Desember 2012

Takut Kehilangan



Gambar : medanmagazine.com
Tiba-tiba saja, uang 100 ribu saya raib dari dompet. Padahal seingat saya, setelah membeli beberapa kebutuhan saya langsung memasukkan sisa uang itu ke dompet besar dan menyimpannya di tas. Tapi sekarang..yang tersisa hanya beberapa puluh ribu saja. Anehnya, yang hilang hanya uang yang seratus ribu itu. Sementara HP yang saya simpan di dompet itu juga malah masih ada.
Saya lalu mencoba mengingat-ingat. Siapa tahu saya hanya lupa menyimpan. Saya cari lagi di tempat lain, dalam tas, di lipatan buku, tetap tak ada. Berarti..hilang? Kalau hilang, siapa yang mengambilnya? Seingat saya, selama ini tempat kerja saya termasuk aman dari tangan-tangan jahil. Ruangan tempat saya menyimpan tas juga tak kosong. Ada supervisor dan seorang anak teman saya yang duduk-duduk sambil main komputer di sana. Rasanya tak mungkin jika salah satu dari mereka yang mengambil. Jangan-jangan..office Boy atau satpam yang mengambil? Biasanya mereka keluar masuk ruangan itu sekedar untuk membuat kopi atau menyiapkan properti mengajar.
Saya beristighfar. Ah..saya tak mau berprasangka. Gimana kalau saya salah kira?. Kan dosa..Akhirnya, saya ikhlaskan saja. Mungkin kehilangan ini teguran dari Allah karena saya enggan bersedekah atau lupa berzakat. Sulit pastinya. Apalagi uang itu rencananya akan saya pakai untuk membayar keperluan lain. Lagipula, siapa sih yang mau kehilangan sesuatu? Bahkan ketika yang hilang itu barang yang  selama ini tak kita pakai lagi, perasaan kehilangan mungkin akan tetap ada.
Makanya, ada orang yang memiliki banyak harta lalu menggunakan berbagai cara untuk memprotek hartanya itu agar tak hilang. Menyimpannya dalam brankas berkode rahasia, menitipkan di bank bahkan menyewa penjaga keamanan atau memelihara anjing. Saya yakin semua itu dilakukan karena manusia cenderung untuk takut kehilangan apa pun yang dimilikinya.
Pantaslah jika Ali Bin Abi Thalib pernah berkata” “tempatkan harta di tanganmu, bukan dalam hatimu.” Ya..karena ketika harta sudah kita tempatkan dalam hati, akan terasa amat berat ketika suatu saat Allah mengambilnya dari kita. Karena kecopetan misalnya, kena banjir, atau sebab-sebab lain yang menyebabkannya hilang. Padahal pada hakikatnya semua yang kita miliki saat ini adalah amanah, titipan dari Allah. Jika si pemilik hendak mengambilnya suatu hari, tak pantas kita menolak atau marah berlebihan.
Karenanya ketika kehilangan sesuatu, saya selalu berusaha mengintrospeksi diri. Saya yakin tak semata Allah menimpakan suatu musibah jika tak ada hikmahnya. Saat saya kehilangan uang saya akan berpikir: “apakah saya mengalaminya karena saya jarang sedekah?atau saya terlalu ceroboh menyimpan uang atau barang apa pun hingga Allah menegur saya dengan cara itu?. Berpikiran postitif membantu saya ikhlas menerima, tak lantas “marah” karena kehilangan itu. Mungkin orang yang mengambil uang itu jauh lebih membutuhakan dibandingkan saya.
Saya berdoa saja semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Amiin..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar