Rabu, 09 Januari 2013

5 Tips Mengajar Bahasa Inggris Untuk Anak



Gambar :lagu2anak.blogspot.com


Mengajar bahasa Inggris  untuk anak tentunya amat berbeda dengan mengajar untuk remaja dan dewasa. Salah satu pembedanya adalah anak, terutama pada rentang usia 5 hingga 8 tahun, memiliki kemampuan berkonsentrasi yang pendek.
Selama hampir 7 tahun mengajar, saya pernah merasakan bagaimana susah senangnya menghadapi anak-anak, dari level kelas 1 sampai kelas 6. Pastinya banyak ilmu dan pengalaman yang sudah saya dapat selama itu. Ada beberapa tips yang pengen saya share tentang cara mengajar bahasa Inggris untuk anak. Bukan karena saya sudah ahli, ya..Cuma ingin berbagi pengalaman saja:
1.  Persiapkan Banyak Variasi Kegiatan. Rentang konsentrasi yang pendek membuat anak cepat sekali bosan. Karena itu, idealnya saat mengajar kita harus menyiapkan berbagai variasi kegiatan dengan jeda waktu yang tak terlalu lama. Tujuannya agar ketika waktunya belajar, anak bisa fokus dan  bukan fokus pada teman atau kegiatan lain. Misalnya, gunakan gambar untuk mengajarkan kosakata, permainan untuk menguji apakah mereka memahami kosakata yang sudah diajarkan, dilanjutkan latihan soal dan seterusnya.

2.  Gambar Untuk Menarik Perhatian. Berdasarkan pengalaman saya, anak-anak umumnya tertarik dan suka melihat gambar. Jadi, gambar bisa digunakan sebagai salah satu alat bantu mengajar. Misalnya untuk mengajarkan kosakata atau latihan soal. Gambar bisa diperoleh lewat internet, koran atau majalah lalu ditempel di karton tebal untuk dipasang di papan tulis. Bisa juga dengan menampilkannya melalui in-focus.

3.    Games Anti Bosan. Untuk mengetahui apakah anak sudah paham atau belum, tak selalu kita mengujinya dengan memberikan soal-soal. Games pun bisa digunakan malah akan lebih menarik dan anak tak merasa “diuji”. Games dapat dilakukan secara berkelompok atau individu. Biasanya, anak akan merasa senang jika harus berkompetisi dengan teman-temannya. Saya pernah melakukannya saat mengajarkan countable dan uncountable noun (kata benda yang dapat dan tidak dapat dihitung).

Caranya, anak dibagi ke dalam kelompok, per kelompok terdiri dari 3 sampai 4 orang. Saya lalu membagikan satu set kata benda, jumlahnya antara 5 sampai 10 kartu. Bagi papan tulis menjadi beberapa bagian sesuai dengan jumlah kelompok yang ada. Pada tiap bagian kelompok, tuliskan countable dan countable noun. Perlihatkan satu kata benda dan minta perwakilan kelompok untuk mengambil kartu kata benda yang sama yang mereka miliki. Minta mereka memutuskan kata benda itu termasuk kategori kata benda yang dapat dihitung atau tidak dapat dihitung. Kemudian, tempelkan kartu itu di bawah kategori yang tepat. Akan lebih menarik jika pemenang dengan skor terbanyak diberi hadiah. Bisa berupa permen atau coklat.

4.  Tangan, Mata dan Telinga. Konon, anak belajar menggunakan tangan, mata dan telinganya. Karena itu, selain menggunakan gambar kita pun dapat menggunakan tangan atau panca indera lain untuk belajar. Misalnya, saat anak belajar tekstur seperti lembut dan kasar dan kata-katanya dalam bahasa Inggris, kita dapat mengajak anak merasakan sendiri dengan cara menyentuh benda-benda tertentu sesuai dengan tekstur yang ingin diajarkan. Untuk tekstur lembut (soft) misalnya ajak anak menyentuh boneka bulu. Ini pun dapat dilakukan saat anak belajar rasa dan kata-katanya dalam bahasa Inggris. Rasa manis (sweet) dapat diperkenalkan dengan mengajak anak mencoba gula, asin (salty) dengan mencoba garam dan sebagainya.

5.  Bergerak Tak Selalu Jelek. Seringkali orang tua menganggap belajar berarti duduk diam dan anak mendengarkan apa yang diterangkan guru. Saya sendiri tak menabukan anak untuk bergerak atau jalan-jalan di dalam kelas. Jika ada aktivitas yang menuntut mereka “jalan-jalan” di dalam kelas, it’s ok. Sering pula terjadi, saat diminta mengerjakan soal, beberapa anak dengan kemampuan di atas rata-rata akan selesai lebih dulu. Pastilah mereka tak akan diam di bangku dan cenderung akan melakukan aktivitas lain seperti bermain di dalam kelas. Biasanya saya tak melarang jika memang hal ini tak terhindarkan. Tapi, saya tetap memberi batasan untuk mereka. Misalnya mereka harus sudah menyelesaikan soal-soal yang diberikan, tidak bermain yang membahayakan diri dan teman-teman mereka atau yang dapat merusak fasilitas di dalam kelas.



4 komentar:

  1. tipsnya bagus, boleh di share?

    BalasHapus
  2. boleh banget.maaf baru saya baca komentarnya.Thanks

    BalasHapus
  3. Bagaimana dg kls yg terdiri dr anak berbagai usia dan kemampuan (gabung 1 kls) agar have fun ? .

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau dalam satu kelas anak2 yang gabung range usianya nggak terlalu jauh misalnya usia 6-7 tahun, bisa dilakukan aktivitas yang sama karena tipenya umumnya sama. kalau range usia terlalu jauh, ini yang agak sulit.. sebaiknya memang nggak disatukan jika range usia lebih dari 2 tahun karena karakternya sudah lain

      Hapus