Rabu, 25 Juli 2012

Tips Ngadepin Pembantu


Untuk ibu bekerja, punya pembantu seringkali dilematis. Di satu sisi, kita butuh orang yang bisa membantu kita mengerjakan pekerjaan rumah tangga plus jagain anak. Di sisi lain, tingkah pembantu juga seringkali bikin hati pegel..Mau marah takut dia ngambek dan pulang kampung. Nggak negur juga nggak mungkin karena dia kan harus tahu kesalahannya. Biar kita bisa aman dan nyaman dengan pembantu, ada beberapa tips yang mudah-mudahan bisa sedikit meredam kekesalan kita tapi juga nggak bikin pembantu kabur. 

1. Posisikan diri kita di posisi mereka

Tanpa bermaksud merendahkan, biasanya pembantu tak memiliki pendidikan tinggi entah hanya lulusan SD atau SMP malah ada yang nggak lulus sekolah. Artinya, daya tangkap atau pemahaman mereka juga kurang. Karenanya, kitalah yang harus berusaha menyesuaikan diri dengan mereka. Selama ini, saya sering salah paham dengan pembantu karena saya seringkali berpikir dari sisi saya. Masa sih gitu aja nggak ngerti? begitu saya sering berpikir. Tapi coba posisikan diri kita di posisi dia dengan segala keterbatasannya baik keterbatasan pemahaman atau pengalaman. Mungkinkah kita juga bisa mencerna instruksi yang diberikan?. Insya Allah, dengan berpikir begitu kita nggak akan terlalu gampang naik darah. Capek kan marah-marah terus?

2. Pilih Kalimat Pendek dan Sederhana
Karena keterbatasannya, kita pun harus pandai memilih kata.  Sama dengan ke anak-anak kali ya..kita harus menggunakan kalimat pendek dan sederhana. Misalnya, kita ingin ia selalu mencuci tangan sebelum memegang makanan. Katakan: "Mbak, sebelum kasih makan Farhan, cuci tangan dulu ya..Biar bersih." Hindari mengatakan: "Mbak, cuci tangan dulu sebelum mau ambil makanan biar tangannya higienis.Kalo nggak steril tangan Mbak bakal banyak kuman trus sakit perut deh.." karena terlalu panjang dan pilihan kata yang terlalu sulit.

3. Berikan Instruksi secara jelas dan detail
Berdasarkan pengalaman, pembantu melakukan kesalahan saat melaksanakan instruksi karena memang instruksinya kurang jelas buat mereka. Kadang mereka pun merasa segan, takut atau malu bertanya lagi. Akhirnya, kita marah karena hasilnya tak sesuai harapan. Pembantu pun mungkin malah bingung dan tak paham kekeliruannya. Misalnya, setiap kali saya menyuruh pembantu belanja ke pasar saya akan menuliskan di kertas apa-apa saja yang harus dibeli. Setelah itu,saya bacakan tulisan itu. Beri alternatif pilihan jika takut pembantu salah beli. Misalnya : beli cumi 2 ons. Jelaskan: Kalau cuminya sudah dibungkus plastik, beli 2 bungkus. Kalau belum dibungkus, bilang beli 2 ons. Kalau nggak ada cumi, nggak usah beli. Soalnya,saya pernah punya pembantu yang "kreatif". Mungkin karena takut diomeli, saat ikan yag hendak dibeli tidak ada, dia berinisiatif membeli ikan lain yang tidak disukai saya dan suami. Akhirnya,  jadi mubadzir deh..Apalagi jika instruksi itu menyangkut cara pengoperasian alat elektronik misalnya yang mungkin saja baru pertama kali mereka lihat. Biasanya, saya selalu bilangin sambil praktek agar lebih jelas.

4. Beritahu berulang-ulang
Bersyukur jika kita dapat pembantu yang cepat tanggap dan langsung ngerti apa saja tugas dan kewajibannya. Masalahnya, tipe pembantu juga berbeda-beda. Ada pembantu saya yang harus dibilangin berkali-kali baru nggeh. Intinya, jangan bosan memberitahu meskipun kita sudah merasa kesal karena kata-kata kita hanya masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Kalau sudah berkali-kali diberitahu tidak mempan juga, bisa juga dengan mengetik apa yang harus dia lakukan lalu tempel di tempat yang mudah terlihat. Pernah juga saya  berikan list what-to-do saat dia gajian. Alhamdulillah ada perubahan.

5. Banyak Maklum dan Memaafkan
Dari ke-empat pembantu yang pernah kerja di rumah, semuanya berusia antara 14-18 tahun. Tapi kadang usia nggak menunjukkan kedewasaan. Ada pembantu saya yang umurnya baru 14 tapi sudah lumayan paham tugas dan kewajibannya. Ada juga yang usianya sama tapi saya jadi kayak punya anak sulung karena saya masih harus repot  mengingatkan dan memaklumi. Kalau ada saya di rumah dia seolah bebas dari tugas jagain anak dan tidur di kamar. Tapi saya diingatkan orang tua untuk berusaha mengerti. "Dia kan masih usia SMP. Usia segitu masih seneng-senengnya main. Masih untung dia masih mau kerja, Udah..dimaklumi aja.." Yang penting terus beritahu apa-apa yang harus atau tidak boleh dia lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar