Minggu, 22 Juli 2012

Pengalaman Mendidik Anak

Saat hamil saya mendadak suka membeli berbagai majalah ibu dan anak. Maksudnya untuk mencari tahu bagaimana merawat dan mendidik anak kelak. Saya juga suka membaca buku-buku parenting. Tapi ternyata, ilmu yang saya dapat sembari praktek atau learning by doing lebih nempel buat saya. Ok lah, saya memang mempraktekkan ilmu yang saya dapat dari hasil membaca itu meskipun nggak semuanya. Tapi nggak selalu teori itu berhasil. Tergantung banyak hal juga, termasuk kondisi anak. Yang terjadi, saya justru malah banyak belajar dari anak.Ini pengalaman saya selama 3 setengah tahun membesarkan anak:
1. Menangis Minta Sesuatu
Anakku  pernah pengen banget beli benang layangan yang besar. Selama ini, dia selalu dibelikan benang yang kecil karena lebih aman. Soalnya benang yang besar kan tajam. Khawatirnya tangan anak bakal luka. Gara-gara dia melihat anak tetangga main layangan pake benang besar, dia merengek minta dibelikan juga. Saya nggak turuti lah. Daripada bahaya, pikir saya. Tapi dia ngotot. Dia nangis di tempat tdur, guling-guling sambil teriak-teriak pengen beli benang.

KATANYA: Anak saya baru berusia 3 tahun setengah. Kata para ahli, pada usia ini anak berada pada masa egosentris. Ia mau semua keinginannya dituruti nggak peduli mau nya itu akan berakibat buruk atau malah membahayakannya.  Nggak heran saat orang tua tak menuruti, dia akan kesal dan marah luar biasa. Aksinya bisa macam-macam. Ngambek misalnya, mengamuk atau guling-guling di lantai. Untuk kejadian kayak di atas, berdasarkan pengalaman memang nggak ada jalan lain buat kita selain tenang dan sabar. Bujuk anak dengan kata-kata lembut. Coba gendong dan alihkan perhatiannya ke hal lain yang kira-kira akan membuat anak tertarik. Kalau tidak bisa juga, biarkan saja dia menangis namun sambil tetap diperhatikan (siapa tahu anak guling-guling lalu jatuh). Tunjukkan sikap konsisten agar ia tahu bahwa sikapnya itu nggak akan membuat kita mengizinkannya. Biasanya sih, lama-lama anak capek dan bosan lalu lebih mudah dialihkan perhatiannya agar tak lagi minta apa yang ia inginkan. Setelah suasana normal, katakan pada anak alasan kitatak menuruti keinginannya. Mungkin anak tak serta merta mengerti ya. Tapi percaya deh, kata-kata itu akan masuk dan terekam dalam otaknya sampai akhirnya ia akan paham nanti.


2. Berkata Kasar
Tiba-tiba saja anakku mengeluarkan kata-kata "ajaib" saat marah: "B##O". Saya dan suami kaget luar biasa. Perkiraan kami sih, dia dengar kata itu dari anak-anak yang lebih besar yang memang suka ngajak dia main atau dari percakapan orang dewasa di sekitar rumah. Awalnya karena kaget, saya langsung menegur dia dengan keras. Tapi ternyata, sikap saya itu nggak mengubah kebiasaan dia.

KATANYA: Pada anak batita, kemampuan meniru anak memang sedang berkembang. Masalahnya, anak belum punya reserve untuk memilah mana yang harus dia tiru mana yang tidak. Melarangnya keluar rumah kayaknya nggak bijak ya..karena anak juga perlu belajar bersosialisasi dengan lingkungan. Pengalaman saya selama ini adalah : Saya amati, anak saya akan mengucapkan kata-kata itu sebagai bentuk defence (pembelaan) nya ketika ia ditegur karena salah atau saat marah. Intinya saat ia merasa tak nyaman atau "teramcam", dia akan mengeluarkan kata-kata tadi. Karena itu, saat ia melakukan sesuatu, saya akan menegurnya dengan cara halus. Misalnya:" Lho..Ihsan kok buang-buangin air di lantai, sih?Lantainya basah sayang..Nanti Ihsan jatuh.." Hindari teguran keras yang terkesan menghakimi atau menyalahkan hingga anak merasa terpojok. Sebenarnya, anak saya biasanya tahu itu tidak baik atau saya tak suka. Tapi kadang dia lakukan juga sebagai bentuk "pemberotakannya" yang nggak mau menuruti kata-kata saya.
Saya beritahu apa arti kata-kata itu: "Ihsan tahu nggak apa arti B##O? Itu artinya bodoh. Ihsan nggak mau kan jadi orang bodoh?Ihsan maunya kan jadi anak pinter..". Mungkin anak tak langsung berubah. Tapi jangan lelah menegur dan memberinya pengertian. Percaya deh, nanti pun pelahan dia akan lupa dengan kata-kata itu. Yang penting, kita orang tuanya selalu memberi contoh yang baik untuk tidak bicara kasar juga. (BERSAMBUNG)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar