Kamis, 09 Oktober 2014

Kompleksitas Cinta Dalam Tabula Rasa





Galih, putra seorang duta besar, tak pernah bisa melupakan cintanya pada Krasnaya, seorang gadis Rusia yang dilihatnya pertama kali saat sedang melukis.  Saat keduanya mulai menjalin hubungan, ayah Galih diperintahkan untuk segera keluar dari Rusia karena situasi politik yang makin memanas di negara itu. Dengan terpaksa, Galih mengikuti keluarganya pulang ke Indonesia dengan hati yang masih tertambat pada Krasnaya.
Beberapa bulan setelah situasi membaik, Galih kembali ke Rusia, berharap dapat bertemu kembali dengan Krasnaya. Namun yang ia dapatkan hanya lukisan yang dijanjikan Krasnaya untuknya yang dititipkan pada teman Krasnaya, Zdenka. Sementara,Krasnaya dan ayahnya tewas ditembak secara misterius. Diduga, mereka ditembak karena hubungan Krasnaya dengan Galih.
Belasan tahun kemudian, Galih yang telah menjadi dosen di sebuah universitas di Yogya, serasa menemukan kembali sosok Krasnaya pada seorang gadis bernama Raras. Seperti kebetulan, Galih melihat Raras pertama kali saat gadis itu sedang melukis. Sayangnya, cinta Galih tak bersambut. Raras memiliki alasan untuk tak membalas cinta Galih.
Tabula Rasa menyajikan kompleksitas cinta dengan gaya penceritaan yang menarik dan filmis. Ratih Kumala, si penulis, menggunakan beragam sudut pandang dari banyak karakter dalam novelnya. Kata ganti “aku” tak selalu untuk Galih tapi bisa beralih sekejap pada Raras lalu pada tokoh-tokoh lain. Butuh konsentarsi penuh untuk bisa memahami lompatan point of view ini. Namun mungkin inilah nilai plus dari novel Tabula Rasa.
Membaca novel yang menjadi pemenang tiga Sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 ini, kita seperti dibawa pada beragam rasa tentang cinta. Cinta ternyata tak sesederhana kata-nya. Seringkali ia terbentur pada kenyataan yang tak selalu seindah impian bahkan tak sejalan dengan kata hati.
Gaya bahasa Ratih Kumala, entah mengapa mengingatkan saya pada Dewi Lestari. Kepiawaiannya merangkai kata membuatnya mampu membungkus kegetiran cinta yang tergambar dalam novel ini menjadi sesuatu yang tetap menarik untuk dibaca. Nice!


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar