Selasa, 22 Agustus 2017

Cerita Sejumput Pasir



Pernahkah memerhatikan pasir-pasir saat pergi ke pantai? Saya yakin banyak di antara kita yang tidak melakukannya. Kita pasti lebih memilih menikmati hembusan angin, deburan ombak atau suasana sekitar pantai nya, ketimbang menaruh perhatian pada pasirnya. Pasir seolah hanya “pemanis” pantai yang mungkin keberadaannya tak terlalu kita hiraukan. Namun tahukah kamu, setiap pantai memiliki jenis pasir yang berbeda baik warna maupun teksturnya? Tak hanya berwarna abu atau putih namun ada pula yang berwarna pink bahkan ungu.


Source; www.scienceabc.com

Martin Widjaya dan Fransisca Maria Faats adalah pasangan suami istri yang memiliki koleksi unik. Hobi travelling pasangan ini memungkinkan mereka untuk membeli suvenir dari berbagai belahan dunia. Selain pin dan kaos serta beberapa benda lain, keduanya juga mengoleksi pasir.

 Seperti diberitakan Kompas, awalnya Martin dan Fransisca mengambil pasir sebagai pengingat tempat yang pernah mereka kunjungi. Pasir-pasir itu kemudian disimpan dalam botol atau toples. Saat itulah Fransisca menyadari kalau pasir yang sepintas nampak sama itu ternyata berbeda satu sama lain,

“Itu yang kasatmata,apalagi kalau dilihat memakai miskroskop.” kata Fransisca.

Mereka lalu menunjukkan beberapa koleksi pasir berwarna merah yang tak sama. Pasir merah itu berasal dari Wilpattu National Park Srilanka, Red Beach Pulau Komodo hingga pasir merah dari kota tua Petra di Jordania. Ada pula pasir dengan tekstur berbeda seperti pasir dengan bulatan cantik mirip merica berwarna merah,hijau, putih, hitam dan kuning dari Tanjung Laisumbu Pulau Maritaing Alor Nusa Tenggara Timur, pasir dengan bongkahan besar beragam warna dari Pulau Maui Hawaii dan sebagainya.

Mereka bercerita, sebagian besar koleksi pasir itu mereka dapat dengan perjuangan tak mudah. Saat mereka bepergian dengan kapal pesiar dari Miami misalnya, pasangan ini harus menjalani pemeriksaan berjam-jam di imigrasi karena ke-15 kantong plastik berisi pasir yang mereka bawa harus diperiksa satu persatu, “Dikira obat.” kata Fransisca.

Seringkali mereka pun harus membeli pasir yang mereka inginkan karena dilarang mengambil. Sadar akan keunikan dan keindahan pasirnya, beberapa objek wisata di luar negeri mengemas pasir menjadi suvenir cantik. Ketika mereka mengunjungi Gunung St.Helens Amerika Serikat,  mereka membeli pasir debu dari letusan gunung yang dibagi dalam kategori letusan 5 miles, 22 miles dan 250 miles. Dari suvenir itu, nampak bahwa semakin jauh letusan, semakin halus pasirnya.

Sayangnya, karena pasir di Indonesia cenderung bebas diambil, terjadi kerusakan alam akibat pegambilan pasir cantik dari pantai untuk dipakai sebagai hiasan aquarium. Misalnya pasir mirip merica di Pantai Kuta Lombok yang sudah habis dijual di Jakarta. Padahal, pasir dengan perpaduan warna abu-abu, hijau dan kuning itu yang pertama kali membuat Martin jatuh cinta sebelum akhirya memutuskan untuk menjadi kolektor pasir.

Untuk koleksi pasirnya yang luar biasa banyak, Martin dan Fransisca mendapat piagam penghargaan  dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai kolektor terbanyak dari 1000 lokasi di seluruh dunia pada 2011. Koleksinya terus bertambah dan diharapkan bisa mencapai lebih dari 1864 lokasi untuk bisa memecahkan rekor dunia.

Masya Allah.... Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasir dengan beragam warna dan teksturnya. (Diolah dari Kompas, Minggu 20 September 2015)

NB: Check this site : sandcollectors.org untuk tahu info tentang bagaimana menjadi koletor pasir !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar