Kamis, 08 Oktober 2015

Hyde Jekill Yang Antiklimaks...



Setelah rehat cukup lama karena harus mengikuti wajib militer, Hyun Bin kembali ke dunia akting dengan membintangi sebuah drama berjudul Hyde,Jekill, Me. Drama ini merupakan adaptasi dari serial webtoon karya Lee Choong-Ho berjudul Dr. Jekyll Is Mr. Hyde dan ditayangkan pada awal tahun 2015 di stasiun TV KBS Korea.

(koreanindofiles.wordpress.com)
 Hyun Bin berperan sebagai Goo Soe Jin, seorang CEO sebuah taman bermain bernama Wonderland. Mirip dengan karakternya di Secret Garden, dalam drama ini Hyun Bin juga berperan sebagai bos yang menyebalkan plus kaku dan minim ekspresi. Namun, kecuali keluarga dan sekretaris pribadinya, Kwon, tak ada yang tahu jika Soe Jin sesungguhnya memiliki kepribadian ganda. Bila mengalami perubahan emosi yang drastis, Soe Jin akan terbangun sebagai Robin, seorang pria dengan karakter yang bertolakbelakang dengan Soe Jin. Robin digambarkan sebagai seorang yang hangat, ceria dan ekspresif.
Selama bertahun-tahun, Soe Jin berusaha menutupi penyakit mentalnya itu untuk menjaga reputasi perusahaan dan keluarganya. Untuk itu, Soe Jin harus berusaha menjaga agar tekanan darah,detak jantung dan sebagainya tetap normal agar tak memicu kemunculan Robin dan menimbulkan keruwetan baru.
Masalah timbul ketika suatu hari tanpa sengaja Soe Jin bertemu dengan seorang wanita, Jan Ha Na (Han Ji Min), seorang wanita pimpinan grup sirkus yang selama ini menjadi salah satu pengisi wahana di taman bermain Wonderland. Ha Na menggantikan ayahnya yang telah meninggal untuk memimpin grup sirkus dan ternyata ia memiliki kaitan dengan masa lalu Soe Jin. Tak dinyana, pertemuan mereka memicu Robin muncul kembali bahkan Robin sempat menyelamatkan Ha Na dari insiden lampu jatuh. Keduanya pun menjadi dekat.
Situasi menjadi lebih rumit ketika dokter pribadi Soe Jin, Dr.Kang, tiba-tiba menghilang hingga kondisi mental Soe Jin menjadi tak stabil. Hal ini memicu Robin semakin sering muncul dan menimbulkan berbagai masalah bagi hidup Soe Jin. Apalagi, Ha Na ternyata mulai menyukai Robin.
Drama Hyde Jekill Me mengingatkan saya pada drama bertema sejenis, Kill Me Heal Me- dibintangi Ji Sung- yang juga bercerita tentang seorang pria dengan banyak kepribadian. Bahkan, dalam Kill Me Heal Me tokoh utamanya diceritakan memiliki 7 kepribadian. Entah karena kesamaan tema atau kah penulis skenario Kill Me Heal Me yang terpegaruh dengan cerita Hyde, beberapa adegan dalam Hyde Jekill hampir serupa dengan adegan dalam Kill Me Heal Me.
Suatu hari misalnya, tak seperti biasanya, saat terbangun di pagi hari Soe Jin tidak terbangun sebagai Soe Jin namun sebagai Robin. Padahal hari itu, Soe Jin harus menghadiri rapat dengan para pemegang saham. Dengan panik, sekretaris Kwon mengajari Robin semua tetek bengek yang harus dikuasainya dalam rapat hingga tak ada yang tahu kalau itu bukan Soe Jin. Adegan saat Sekretaris Kwon mengatur gaya rambut dan penampilan Robin agar sama dengan Soe Jin juga mengingatkan saya pada adegan di Kill Me Heal Me.
Hyun Bin bermain cukup apik dalam drama ini. Ia mampu memainkan 2 karakter sekaligus dengan kepribadian yang sama sekali lain. Namun begitu menurut saya, jika dibandingkan dengan aktingnya di Secret Garden, saya melihat akting Hyun Bin terhitung tak terlalu menonjol. Saya tak tahu apakah ini karena faktor skenario, cerita ataukah lawan main hingga Hyun Bin nampak tak terlalu cemerlang.
Dari segi cerita, drama Hyde juga sedikit membosankan terutama di beberapa episode awal. Dinamika ceritanya tak terlalu kentara bahkan nyaris tanpa klimaks. Butuh beberapa episode untuk membuat drama ini “panas”.
Karakter Robin sesungguhnya juga cukup menarik karena ia digambarkan memiliki kepribadian yang menyenangkan. Tak heran jika Ha Na suka pada Robin begitupun sebaliknya. Sayangnya, Han Ji Min nampaknya tak terlalu berhasil memainkan karakter Ha Na yang jatuh cinta pada Robin dengan baik hingga chemistry keduanya saat berada dalam satu adegan terasa datar saja. Banyak adegan romantis yang menjadi hambar dan tak mampu memainkan emosi penonton.  Lucunya, saya malah melihat Ha Na lebih klop saat beradegan dengan Soe Jin yang notabene memiliki karakter dingin dan –ceritanya- bukan orang yang disukai Ha Na.
Bisa jadi, faktor-faktor di atas membuat Hyde tak terlalu sukses dan menarik perhatian termasuk di negara asalnya. Akhirnya, drama ini sepertinya memang dilirik semata karena nama besar Hyun Bin namun belum mampu memberi kesan mendalam bagi penontonnya.

Kamis, 08 Januari 2015

Cinta Yang Manis Dalam Assalamualaikum Beijing



Asmara (Revalina.S.Temat) pergi ke Beijing untuk bekerja sebagai koresponden sebuah kantor berita sekaligus menyembuhkan luka hatinya. Rencana pernikahannya dengan Dewa (Ibnu Jamil), kekasihnya, gagal karena Dewa terpaksa harus menikahi Anita. Untunglah ada sahabatnya, Sekar (Laudya Chintya Bella) dan suaminya Ridwan (Desta Mahendra) yang menemani dan menghiburnya selama di Beijing.
 
www.21cineplex.com
Tak sengaja, di sana Asma bertemu dengan Zhong Wen (Morgan Oey), pria lokal yang kemudian menjadi guide-nya saat mengunjungi berbagai tempat bersejarah di negeri Tirai Bambu itu. Zhong Wen menyamakan Asma dengan Ashima, seorang tokoh wanita dalam legenda Yunan, bahkan memanggilnya dengan nama itu.
Dialog dan pertemuan intens antara keduanya menumbuhkan simpati sekaligus rasa suka. Sayang, Asma menderita penyakit serius yang memaksanya untuk kembali ke Indonesia. Zhong Wen yang memang telah tertarik dengan Islam lalu menjadi mualaf dan menyusul Asma ke Indonesia. Dengan mantap ia melamar wanita yang sempat koma itu dan menjalani mimpi mereka bersama.
Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Asma Nadia ini terasa datar dan nyaris tanpa konflik. Kisah Zhong Wen dan Asmara nampak “manis” dan berjalan tanpa kendala berarti. Jika Anda pernah membaca bukunya, bisa jadi Anda akan kehilangan beberapa momen penting yang menurut saya bisa menjadi sumber konflik dan penghidup cerita.
Saat-saat Asma berjuang melawan penyakitnya atau kesedihan ibunda Asma saat melihat putrinya koma, sebenarnya bisa saja dieksplorasi lebih jauh hingga berkesempatan mengaduk emosi penonton. Tapi, kedua hal ini hanya ditampilkan sekedarnya hingga penonton tak merasa perlu “mengkhawatirkan” keadaan Asma apalagi ikut bersedih melihat kondisinya. 
Di film, tak tergambar pula bagaimana proses Zhong Wen hingga tertarik pada Islam dan pengalamannya setelah menjadi mualaf yang mengundang reaksi keras keluarganya. Sepertinya terlalu mudah bagi seseorang memutuskan bersyahadat hingga terkesan keputusan Zhong Wen masuk Islam sebagian besar karena ketertarikannya pada sosok Asma.
Tadinya, saya bahkan sempat “berharap” kalau kehadiran Dewa, mantan pacar Asmara, dapat menyulut konflik dan menciptakan klimaks. Tapi tidak juga. Dewa dengan mudahnya ‘menyerah”kan Asma pada Zhong Wen dan kembali pada keluarga kecilnya.
Adegan yang cukup menyentuh adalah saat Zhong Wen melamar Asma di rumah sakit. Harus diakui, akting Morgan cukup meyakinkan di film ini dan mampu mengimbangi Revalina yang notabene telah lebih berpengalaman bermain film. Untung pula, film ini menyertakan Laudya yang berperan sebagai Sekar. Karakter Sekar yang riang dapat tergambarkan dengan baik oleh Laudya dan lumayan menghidupkan cerita.
Mungkin memang tak mudah memvisualisasikan sebuah cerita dalam buku ke layar lebar. Penulis perlu jeli memilih bagian mana yang harus dimasukkan ke dalam versi visualnya tanpa menghilangkan sisi menarik cerita itu. Apalagi, film terbatasi durasi. Saya kira, itu sebabnya film ini terkesan kurang dalam dan seperti “ingin cepat selesai” dengan membereskan semua masalah dan kesulitan para tokoh di film secara mudah saja.
Tapi jika Anda belum membaca bukunya, nampaknya semua itu tak jadi masalah. Film ini cukup berisi dengan menyelipkan pengetahuan tentang Islam di China selain suguhan visual yang indah dari negeri Tirai Bambu.  Lalu, bersiaplah menikmati rangkaian kalimat manis yang diucapkan Zhong Wen pada Asmara: “Let’s slowly grow old together..”



Kamis, 23 Oktober 2014

Sms-Sms Itu...



Ass. Maaf sy Ibu HJ.SALMIA yang tempo hari survey lokasi. Kami sangat berminat untuk nego harga. Hubungi suami sy H.ILHAM 085647752447. Terima kasih.
Source: www.knowyourmobile.com

Begitu bunyi sms yang saya terima suatu hari. Ini bukan sms “aneh” pertama yang saya terima. Sebelumnya, saya juga pernah menerima sms yang isinya sama tapi dengan nama dan nomor hape yang berbeda. Pernah juga saya menerima sms hampir serupa tentang survey tempat kos-kosan yang ujung-ujungnya ingin nego harga juga.
Saya memang tak pernah tertarik menanggapi sms-sms macam itu. Pertama saya tak merasa pernah menawarkan apapun pada siapapun. Jadi, untuk apa saya perlu nego harga?. Kedua, modus seperti ini-mengirimkan sms seolah-olah si pengirim kenal dan memiliki kepentingan dengan kita-sepertinya sudah banyak. Cuma isinya saja yang berubah-ubah.
Dulu, isi sms berisi permintaan untuk mengirimkan pulsa (ingat, sms mama minta pulsa?). Setelah itu sms berisi permintaan mengirimkan nominal uang tertentu ke rekening seseorang. Sekarang sms seperti di atas yang dikirim ke nomor saya.
Menyebalkan?Pastinya...karena tak jarang sms itu saya terima saat saya sedang menunggu-nunggu sms penting. Bayangkan, betapa kecewanya saya saat tahu kalau hape saya berbunyi gara-gara sms nggak penting itu.
Begitulah...Kini orang makin “kreatif” mencari cara untuk menipu dan mendapatkan uang. Setelah cara pertama dirasa tak mempan lagi karena banyak orang sudah tahu kebohongan mereka, mereka pun kembali memutar otak untuk mencari modus baru.
Saya yakin, dari sekian banyak sms yang mereka kirimkan pastinya ada saja orang yang tergerak untuk menghubungi. Misalnya jika mereka kebetulan memang sedang ingin menjual tanah - yang memang butuh survey lokasi-. Setelah menghubungi, pastilah para penipu akan mencari cara agar si korban terjerat dan ujung-ujungnya terperdayalah dia.
Saya tak tahu dari mana para penipu ini tahu nomor saya. Mungkin mereka mengambilnya secara acak atau memang saya pernah begitu teledor memberitahukan nomor hape saya pada orang tak dikenal-misalnya pada sales produk. 
www.eztexting.com

Tapi kayaknya, perlu ada keseriusan pemerintah untuk mengatasi masalah penipuan semacam ini. Sepertinya sudah sejak lama konsumen berteriak-teriak meminta agar nomornya tak bisa seenaknya diketahui orang-orang tak bertanggungjawab lalu disalahgunakan. Tapi nampaknya tak pernah ada penyelesaian dari masalah ini. Para penipu pun dengan bebas mengirimkan sms-sms tipuannya ke banyak nomor dan menjerat banyak orang.
Saya sendiri sempat ingin berganti nomor karena merasa amat terganggu. Tapi saya pikir, bukan tak mungkin jika nomor baru saya pun kembali “dibajak” dan dikirimi sms nggak penting lagi. Padahal, jika nomor saya ganti, perlu waktu lumayan untuk mensosialisasikannya pada banyak orang.
Daripada begitu, yang bisa saya lakukan adalah MENGABAIKAN saja. Lalu, saya masukkan nomor itu ke dalam phone book saya dan saya beri nama PENIPU. Ah...cuma ini yang bisa saya lakukan. Kasihan sekali jadi masyarakat Indonesia ya...

Kamis, 09 Oktober 2014

Kompleksitas Cinta Dalam Tabula Rasa





Galih, putra seorang duta besar, tak pernah bisa melupakan cintanya pada Krasnaya, seorang gadis Rusia yang dilihatnya pertama kali saat sedang melukis.  Saat keduanya mulai menjalin hubungan, ayah Galih diperintahkan untuk segera keluar dari Rusia karena situasi politik yang makin memanas di negara itu. Dengan terpaksa, Galih mengikuti keluarganya pulang ke Indonesia dengan hati yang masih tertambat pada Krasnaya.
Beberapa bulan setelah situasi membaik, Galih kembali ke Rusia, berharap dapat bertemu kembali dengan Krasnaya. Namun yang ia dapatkan hanya lukisan yang dijanjikan Krasnaya untuknya yang dititipkan pada teman Krasnaya, Zdenka. Sementara,Krasnaya dan ayahnya tewas ditembak secara misterius. Diduga, mereka ditembak karena hubungan Krasnaya dengan Galih.
Belasan tahun kemudian, Galih yang telah menjadi dosen di sebuah universitas di Yogya, serasa menemukan kembali sosok Krasnaya pada seorang gadis bernama Raras. Seperti kebetulan, Galih melihat Raras pertama kali saat gadis itu sedang melukis. Sayangnya, cinta Galih tak bersambut. Raras memiliki alasan untuk tak membalas cinta Galih.
Tabula Rasa menyajikan kompleksitas cinta dengan gaya penceritaan yang menarik dan filmis. Ratih Kumala, si penulis, menggunakan beragam sudut pandang dari banyak karakter dalam novelnya. Kata ganti “aku” tak selalu untuk Galih tapi bisa beralih sekejap pada Raras lalu pada tokoh-tokoh lain. Butuh konsentarsi penuh untuk bisa memahami lompatan point of view ini. Namun mungkin inilah nilai plus dari novel Tabula Rasa.
Membaca novel yang menjadi pemenang tiga Sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 ini, kita seperti dibawa pada beragam rasa tentang cinta. Cinta ternyata tak sesederhana kata-nya. Seringkali ia terbentur pada kenyataan yang tak selalu seindah impian bahkan tak sejalan dengan kata hati.
Gaya bahasa Ratih Kumala, entah mengapa mengingatkan saya pada Dewi Lestari. Kepiawaiannya merangkai kata membuatnya mampu membungkus kegetiran cinta yang tergambar dalam novel ini menjadi sesuatu yang tetap menarik untuk dibaca. Nice!