“Hayooo..
udah di-unfollow belum?” isi status seorang teman di akun sosial medianya.
Saya bertanya-tanya, meng-unfollow
siapakah? Belakangan saya baru ngeh
kalau yang dimaksud adalah berhenti mengikuti akun sosial media seorang publik
figur yang selama ini dikenal dengan aktivitas sosialnya. Beberapa hari lalu, si
public figur mengunggah fotonya dengan Pak Presiden dengan caption puja-puji, “Aku
kecewa.... ternyata dia cebong.” komentar orang-orang di status teman saya
itu. Ternyata, itu maksudnya. Meng-unfollow
karena sang idola ternyata pengagum tokoh yang bukan tokoh dukungannya.
Masih
Berlanjut?
Tadinya, saya berpikir kalau perseteruan
kecebong- sebutan untuk pendukung nomor 01 Jokowi dan kampret- sebutan untuk
pendukung nomor 02 Prabowo di Pilpres lalu akan berakhir setelah pesta
demokrasi itu usai. Ternyata tidak. Media sosial tetap ramai dengan para
pendukung masing-masing (calon) presiden yang seperti tak lelah saling hujat,
saling jelek menjelekkan.
Setiap kali pemerintah membuat sebuah
kebijakan atau ada kejadian apapun yang berhubungan dengan pemerintahan saat
ini, netizen nonpendukung 01 akan
ramai mengomentari. Jika sudah begitu, pendukung Pak Pres akan balik membalas
dengan tak kalah nyinyirnya. Belum lagi jika
buzzer, konon dibayar untuk menaikkan
dan menjaga citra tokoh dukungannya, juga ikut menjelekkan tokoh yang dianggap
bersebrangan dengan dukungannya itu. Rasanya
dunia maya makin hiruk pikuk saja.
Pilihan
Pribadi
Tentu saya pun punya pilihan saat Pilpres
lalu. Ketika jagoan saya tidak menang, rasa kecewa pasti ada. Satu hal, saya
tidak lantas menjadi orang yang selalu menganggap apa yang dilakukan pemerintah
itu buruk atau sebaliknya. Saya mencoba
untuk tetap subjektif: mengkritik di media sosial jika memang saya merasa perlu
diperbaiki dan dikritisi, jika baik ya saya apresiasi. Setidaknya saya tidak
berkomentar yang tak perlu. Apalagi jika saya tak terlalu paham duduk
perkaranya.
Teman-teman saya di media sosial juga
bermacam-macam dan sudah pasti tak selalu satu dukungan dengan saya. Buat saya,
itu tak masalah. Selama mereka tidak menjelekkan siapapun, tidak menyerang
fisik seseorang atau sesama pendukung dan tidak mengungkit isu SARA, buat saya
syah-syah saja jika mereka memuja-muji orang yang didukungnya. Walaupun mungkin
bagi saya terkesan berlebihan dan sangat subjektif, tapi memang
begitu kan sikap kita pada idola pada
umumnya? Saya pun pasti akan cenderung mengunggah sisi-sisi positif saja dari
tokoh atau idola saya itu.
Soal
Pribadi
Kembali ke soal artis sekaligus YouTuber yang mendadak di-unfollow banyak orang karena unggahannya
itu, kenapa harus begitu? Jika memang ia pendukung salah satu,
lalu menulis caption penuh pujian,
apa salahnya? Pujiannya terkesan berlebihan dan nggak sesuai kenyataan? Ya sudah.. Wajar rasanya seseorang memuji
orang yang ia idolakan.
Secara pribadi, saya melihat dia bukan
artis bermasalah. Setidaknya, isi kontennya positif, bahkan menginspirasi
banyak orang untuk banyak beramal seperti dirinya. “Kesalahan” nya hanya satu:
menjadi pendukung dan memuji seseorang yang kebetulan bukan orang yang banyak netizen idolakan-setidaknya netizen yang
selama ini sudah kadung mem-follow dan menyukainya.
Mau meng-unfollow dia? Ya silahkan saja. Kebetulan saya memang tak punya
akun instagram jadi memang tak bisa
meng-unfollow siapapun haha.. Hanya saja, saya lebih suka menempatkan semua
pada tempatnya. Jika teman saya pendukung seseorang yang berbeda dengan saya,
namun secara pribadi dia baik, saya memilih tetap berteman dengannya no matter what. Kecuali, seperti saya
bilang tadi, dia sudah menyinggung dengan menjelekkan fisik dan SARA, tanpa
diminta pun saya akan memilih untuk meng-unfriend atau mejaga jarak saja dengannya dalam
kehidupan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar