Entah
kenapa, sebulan kemarin saya merasa amat kosong. Galau luar biasa..Saya lalu
berusaha mencari-cari apa yang salah dengan diri saya. Apakah saya terlalu
capek?. Karena tak ada pembantu, belakangan saya memang seringkali merasa lelah
lahir batin. Apalagi kalau anak saya rewel..Duh..rasanya pengen marah terus..!.
Padahal, saya tahu marah-marah juga bukan solusi. Malah takutnya berdampak
negatif buat Ihsan, anak saya.
Lelah
fisik saya pikir juga bisa disembuhkan dengan istirahat. Saya bersyukur karena masih bisa
tidur nyenyak saat malam meskipun pagi-pagi sekali saya harus bangun lagi. Tapi
cukuplah untuk memulihkan tenaga.
Saya lalu
me-review ibadah harian saya. Ya..!Itulah
pangkal masalahnya. Saya lalai menjaga amalan saya. Tilawah qur’an kacau, baca
alma’tsurat jarang-jarang, apalagi shalat malam. Yang masih “lumayan” hanya
shalat sunat saja.
Saya pun
lalu merasa “tertampar” membaca status seorang teman di facebook tentang
tilawah. “Sebenarnya, bukan musik yang
paling tepat untuk jadi hiburan. Membaca qur’an adalah hiburan terbaik. Jadi, saat
qur’an tak dapat menjadi hiburan dan tak sanggup menentramkan, berarti ada yang
salah dengan diri kita.” begitu tulisnya.
Gambar: acehtraffic.com |
Saya pun
mulai bergerak. Saya tahu, nggak mungkin
saya dikalahkan perasaan terus, galau terus menerus tanpa ada usaha untuk keluar
dari dalamnya. Saya mulai membangun komitmen lagi. Saya targetkan membaca
alquran setidaknya 5 lembar per-hari, juga beberapa targetan untuk amalan
harian lain. Berat? Pastinya. Syetan kan nggak
bakal senang melihat kita lebih baik. Jadi godaannya memang luar biasa. Tapi
saya kuatkan niat, setengah memaksa diri sendiri untuk tetap commited.
Setelah
shalat, bahkan di tempat kerja, saya paksakan membaca quran minilam 1 lembar.
Ternyata, bisa!. Bahkan saya merasa ada yang kurang kalau tak tilawah setelah
shalat. Di rumah, sesibuk apapun saya usahakan membaca quran juga. Saya
berusaha menjadikan tilawah sebagai rehat untuk me-recharge diri saya. Bisa!. Sebelumnya, saya beralasan tak sempat
tilawah di rumah karena sibuk dengan pekerjaan rumah tangga dan diganggu anak.
Padahal itu cuma dalih saya saja. Sebenarnya saya hanya takut waktu "senang-senang" saya terkurangi. Entah waktu saya buat browsing, facebook-an atau untuk baca-baca.
Ternyata,
jika diluangkan selalu saja ada waktu untuk tilawah. Ketakutan kalau anak bakal mengganggu juga tak selalu terbukti. Kuncinya, saya
tinggal mencari waktu saja misalnya saya tilawah saat anak asyik bermain atau dia
sedang tidur.
Memang
baru 2 minggu ini saya merutinkan (lagi) tilawah saya. Tapi saya merasa
dampaknya cukup terasa. Saya merasa tak “kosong” lagi. Rasa galau saya sudah
terkikis. Saya menyadari bahwa sebenarnya saya bisa. Selama ini, saya serlalu
berdalih kekurangan waktu hingga tak sempat membaca qur’an. Padahal, semua
kembali ke niat kita. Buktinya, masih banyak yang lebih sibuk dari saya, tapi
tilawahnya bisa sampai 10 juz sehari. Jika kita selalu beralasan sibuk, maka
Allah akan menenggelamkan kita dalam kesibukan itu hingga kita benar-benar tak
sempat untuk tilawah barang seayat.
Jadi,
saat sedang galau saya tahu apa obatnya. Membaca qur’an!. Semoga saya bisa
menjaga kebiasaan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar