Ada saat
dimana saya merasa amat jenuh dengan pekerjaan. Waktunya bekerja bukan lagi hal
menyenangkan. Dulu, saya menganggap mengajar anak-anak adalah tantangan yang
bisa bikin penasaran. Begitupun mengajar anak-anak usia SMP atau SMU. Saya
begitu excited menyiapkan properti
mengajar dan tak sabar menunggu reaksi murid-murid saya di kelas.
Lama-lama,
saya merasa bosan. Mengajar tak ada gregetnya lagi. Saya menjalani aktivitas
itu semata karena kewajiban atau sekedar untuk mencari uang. Ok lah memang ia
saya mencari nafkah. Tapi kalau hanya sebatas itu, rasanya terlalu gampang.
Saya memang tak bercita-cita untuk menekuni pekerjaan ini sampai tua. Saya
punya passion lain yang ingin saya
kejar. Tapi setidaknya sampai tahun depan saya masih akan mengajar, meskipun
mungkin tak akan se-full sebelumnya.
Parahnya,
kebosanan itu berimbas pada murid-murid saya. Rasa “eneg” karena bosan mengajar membuat saya gampang naik darah. Padahal
saya banyak mengajar kelas anak-anak yang tingkahnya pasti ada saja yang bikin
kesel. Tingkah murid-murid kecil saya yang dulu saya anggap wajar, bisa dengan
mudahnya membuat saya “meledak”. Meskipun setelah marah-marah nggak jelas saya jadi menyesal
luar biasa, saya berpikir kayaknya saya perlu melakukan sesuatu agar rasa jenuh
itu tak berkepanjangan dan merugikan murid-murid saya yang tak tahu apa-apa.
Otak saya
berputar mencari cara mengusir kejenuhan. Kayaknya tips-tips ini bisa juga
dilakukan untuk mereka dengan profesi berbeda, tak hanya untuk pengajar seperti
saya:
1.
Coba lakukan sesuatu yang baru yang berhubungan
dengan pekerjaan kita. Sesuatu yang tak pernah kita coba sebelumnya. Misalnya,
saya mencoba mengajar level baru yang tidak pernah saya ajar sebelumnya. Materi
dan karakter murid yang berbeda, lumayan bisa menyemangatkan karena saya merasa
tertantang untuk mencari tahu dan membuat “strategi” mengajar yang baru pula.
2.
Challenge Yourself!. Ini juga bisa jadi cara cukup
jitu untuk menghindarkan dari kemonotonan pekerjaan. Di tempat saya mengajar
misalnya, sebenarnya ada undangan bagi para guru untuk membuat riset kecil
tentang metode mengajar dengan tema tertentu. Jika makalah kita terpilih, kita akan
diundang untuk presentasi dan bertemu dengan pengajar lain dari seluruh
Indonesia. Saya belum mencoba ini tapi kayaknya bisa jadi tester untuk mengetahui apakah saya bisa mengambil tantangan itu. Dan..mudah-mudahan
bisa bikin semangat lagi.
3.
Lakukan hal baru di waktu luang . Misalnya dengan
bergabung di komunitas sosial pecinta binatang atau aktivitas sosial lain yang
sifatnya sukarela. Jika mungkin, lakukan secara rutin di akhir pekan. Saya
yakin pengalaman batin kita akan menjadi lebih kaya dan semoga bisa me-recharge
tenaga kita saat waktunya bekerja kembali di awal pekan.
4.
Istirahat sejenak. Bisa dengan cuti jika
memungkinkan. Karena saya bekerja part time dengan jadwal kerja fleksibel, saya
memutuskan untuk mengambil hanya 3 hari kerja saja. Dengan begitu, saya merasa
sedikit lega karena ada jeda waktu saya menarik nafas sebelum bekerja lagi hari
berikutnya.
5.
Kalau sudah benar-benar stuck, pikirkan kemungkinan untuk berhenti. Kalau kita tipe
pengambil resiko, meninggalkan pekerjaan lama dan menekuni pekerjaan baru yang
belum jelas mungkin tak masalah. Tapi kalau kita tipe “cari aman”, alternatif
ini mungkin harus dipikirkan masak-masak. Apapun, lakukan saja selama itu
membuat kita bahagia dan tak merugikan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar