Minggu, 30 November 2025

When The Sky Is Blooming, Cerita Romansa Rasa Drama Korea

 

Setelah sukses dengan novel tetralogi 4 musim-nya, Ilana Tan kembali menerbitkan karya baru When The Sky Is Blooming. Menariknya, novel ini menampilkan tokoh, latar dan jalan cerita yang Korea banget namun tetap dengan romansa khas Ilana. 

Alkisah Min So-Ra, seorang artis yang tak terlalu terkenal dari agensi H-Entertainment tiba-tiba menjadi bahan perbincangan banyak orang setelah fotonya bersama seorang aktor yang tengah naik daun, Cha Wu-Hyeok, tersebar di internet. Namanya menempati peringkat atas di mesin pencari dan menjadi sasaran komentar para fans Cha Wu Hyeok yang tak suka So-Ra berpacaran dengan idolanya. Sebenarnya, So-Ra dan Wu-Hyeok hanya teman biasa. Namun kebetulan saja mereka kepergok pulang bersama setelah makan malam sehabis syuting.

Nama So-Ra yang mendadak trending itu menguntungkan seorang pria, Ryu Jun, yang telah lama mencari-cari So-Ra. Ryu Jun adalah orang yang dulu pernah mengenal So-Ra dan keluarganya. Jun dan So-Ra ternyata telah didaftarkan menikah oleh almarhum orangtua mereka saat keduanya masih berusia belasan. Jun ingin menyelesaikan urusan "pernikahan" nya dengan So-Ra dan berharap setelah itu mereka dapat kembali melanjutkan hidup tanpa sangkut paut masa lalu itu. Namun ternyata, semua berjalan tak sesuai dengan apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Jun dan So-Ra harus mecoba tinggal bersama selama 3 bulan lamanya dan membiasakan diri sebagai pasangan suami istri sesungguhnya.



Drakor Vibes

Membaca novel ini sangat terasa vibes drakor-nya. Intrik, konflik dan romansa antar tokoh mengingatkan kita pada cerita khas negeri Ginseng itu. Ilana nampaknya ingin memanfaatkan atensi pembaca sekaligus penyuka drama Korea agar tertarik membaca novel barunya. Namun sebagai penonton drakor juga, saya merasa kalau cerita novel ini kurang greget.

Pertama, kurang ada suspense dalam cerita ini.  Suspense bisa berupa konflik, intrik atau apa lah yang membuat pembaca merasa greget, gemas, sedih, takut , gembira dan sebagainya. Jadi kita merasa ada tarikan yang membuat kita mau membaca sampai akhir. Suspense yang diselipkan di novel ini hanyalah kemunculan seorang misterius yang datang ke apartemen So-Ra dan membuat masalah, kiriman pesan-pesan intimidatif tanpa nama yang mengganggu So-Ra, atau kemunculan tokoh ketiga dalam hubungan Jun dan So-Ra, yang diam-diam menyukai Jun sejak lama. Ini juga terasa seperti tempelan saja karena masalahnya nampak begitu mudah diselesaikan ketika cerita sudah menjelang bab terakhir.

Kedua, chemistry antar tokoh utama juga terasa kurang. Tepatnya, Ilana kurang bisa secara kuat menjalin hubungan keduanya hingga pembaca percaya, mereka memang pantas disandingkan sebagai pasangan di akhir cerita. Momen-momen yang seharusnya dapat menciptakan romantisme menggemaskan ala drakor juga terasa datar saja. Misalnya, ketika Jun mengejutkan So-Ra dengan kedatangannya ke tempat syuting padahal ia seorang Wakil Direktur yang pastinya sangat sibuk. Setelah itu, keduanya menikmati makan bersama di sebuah café lokal. Saya berharap dialog antar keduanya bisa terasa lebih dalam dan intim. Tapi ternyata, harapan saya untuk mendapatkan sedikit percikan kejutan tidak kesampaian. Saya membayangkan, kalau adegan itu divisualisasikan dalam sebuah drama, apakah akan se-lempeng itu juga kah? Saya jadi merasa, karakter So-Ra dan Ryu Jun yang agak tak terlalu ekspresif itu karena penulisnya orang Indonesia yang masih menjaga etika dan tata krama. 

Ketiga, tokoh-tokoh yang dimunculkan di sekitar tokoh utama, sebenarnya bisa dibuat lebih “hidup” dan “menyumbang” penarik cerita, Saya berharap Cha Wu-Hyeok, aktor tampan yang sudah mengenal So-Ra sejak sebelum terkenal dan diam-diam menyukai So-Ra bisa menjadi “nyamuk” menyebalkan dalam hubungan Jun dan So-Ra haha.. atau membuat So-Ra bimbang misalnya memilih Jun atau sahabat gantengnya itu. Tapi So-Ra nampak terlalu lurus. Suka ke Wu-Hyeok tidak tapi ke Jun pun tidak terlalu nampak rasa suka-nya.  

Drakor-oriented

Memang jadinya sebagai pembaca sekaligus penonton drakor-walaupun bukan penonton setia, saya jadi memiliki pra-referensi yang membuat saya mau tak mau membandingkan novel ini dengan drakor-drakor yang pernah saya tonton. Ya karena Ilana menggunakan ramuan ala drakor jadi lah pembaca membuat bandingan dan punya harapan kalau cerita novel ini bisa mirip dengan cerita drakor pada umumnya.  Kalau pun ternyata tak sesuai bayangan, sebenarnya tak masalah. Ini lah novel Indonesia dengan vibes drama Korea ala Ilana Tan. Still worth to read anyway..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar