Setelah sukses dengan
novel tetralogi 4 musim-nya, Ilana Tan kembali menerbitkan karya baru When
The Sky Is Blooming. Menariknya, novel ini menampilkan tokoh, latar dan
jalan cerita yang Korea banget namun tetap dengan romansa khas Ilana.
Alkisah Min So-Ra,
seorang artis yang tak terlalu terkenal dari agensi H-Entertainment tiba-tiba
menjadi bahan perbincangan banyak orang setelah fotonya bersama seorang aktor
yang tengah naik daun, Cha Wu-Hyeok, tersebar di internet. Namanya menempati
peringkat atas di mesin pencari dan menjadi sasaran komentar para fans Cha Wu
Hyeok yang tak suka So-Ra berpacaran dengan idolanya. Sebenarnya, So-Ra dan
Wu-Hyeok hanya teman biasa. Namun kebetulan saja mereka kepergok pulang
bersama setelah makan malam sehabis syuting.
Nama So-Ra yang
mendadak trending itu menguntungkan seorang pria, Ryu Jun, yang telah
lama mencari-cari So-Ra. Ryu Jun adalah orang yang dulu pernah mengenal So-Ra
dan keluarganya. Jun dan So-Ra ternyata telah didaftarkan menikah oleh almarhum orangtua
mereka saat keduanya masih berusia belasan. Jun ingin
menyelesaikan urusan "pernikahan" nya dengan So-Ra dan berharap setelah itu mereka dapat
kembali melanjutkan hidup tanpa sangkut paut masa lalu itu. Namun ternyata,
semua berjalan tak sesuai dengan apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Jun dan
So-Ra harus mecoba tinggal bersama selama 3 bulan lamanya dan membiasakan diri
sebagai pasangan suami istri sesungguhnya.
Drakor Vibes
Membaca novel ini
sangat terasa vibes drakor-nya. Intrik, konflik dan romansa antar tokoh
mengingatkan kita pada cerita khas negeri Ginseng itu. Ilana nampaknya ingin memanfaatkan
atensi pembaca sekaligus penyuka drama Korea agar tertarik membaca novel
barunya. Namun sebagai penonton drakor juga, saya merasa kalau cerita novel ini
kurang greget.
Pertama, kurang ada suspense
dalam cerita ini. Suspense bisa
berupa konflik, intrik atau apa lah yang membuat pembaca merasa greget,
gemas, sedih, takut , gembira dan sebagainya. Jadi kita merasa ada tarikan yang
membuat kita mau membaca sampai akhir. Suspense yang diselipkan di novel
ini hanyalah kemunculan seorang misterius yang datang ke apartemen So-Ra dan
membuat masalah, kiriman pesan-pesan intimidatif tanpa nama yang mengganggu
So-Ra, atau kemunculan tokoh ketiga dalam hubungan Jun dan So-Ra, yang
diam-diam menyukai Jun sejak lama. Ini juga terasa seperti tempelan saja karena
masalahnya nampak begitu mudah diselesaikan ketika cerita sudah menjelang bab
terakhir.
Kedua, chemistry
antar tokoh utama juga terasa kurang. Tepatnya, Ilana kurang bisa secara kuat
menjalin hubungan keduanya hingga pembaca percaya, mereka memang pantas
disandingkan sebagai pasangan di akhir cerita. Momen-momen yang seharusnya dapat menciptakan
romantisme menggemaskan ala drakor juga terasa datar saja. Misalnya, ketika Jun
mengejutkan So-Ra dengan kedatangannya ke tempat syuting padahal ia seorang
Wakil Direktur yang pastinya sangat sibuk. Setelah itu, keduanya menikmati makan
bersama di sebuah café lokal. Saya berharap dialog antar keduanya bisa terasa
lebih dalam dan intim. Tapi ternyata, harapan saya untuk mendapatkan sedikit
percikan kejutan tidak kesampaian. Saya membayangkan, kalau adegan itu divisualisasikan
dalam sebuah drama, apakah akan se-lempeng itu juga kah? Saya jadi
merasa, karakter So-Ra dan Ryu Jun yang agak tak terlalu ekspresif itu karena
penulisnya orang Indonesia yang masih menjaga etika dan tata krama.
Ketiga, tokoh-tokoh
yang dimunculkan di sekitar tokoh utama, sebenarnya bisa dibuat lebih “hidup” dan
“menyumbang” penarik cerita, Saya berharap Cha Wu-Hyeok, aktor tampan yang sudah
mengenal So-Ra sejak sebelum terkenal dan diam-diam menyukai So-Ra bisa menjadi
“nyamuk” menyebalkan dalam hubungan Jun dan So-Ra haha.. atau membuat So-Ra bimbang
misalnya memilih Jun atau sahabat gantengnya itu. Tapi So-Ra nampak terlalu lurus.
Suka ke Wu-Hyeok tidak tapi ke Jun pun tidak terlalu nampak rasa suka-nya.
Drakor-oriented
Memang jadinya sebagai pembaca sekaligus penonton drakor-walaupun bukan penonton setia, saya jadi memiliki pra-referensi yang membuat saya mau tak mau membandingkan novel ini dengan drakor-drakor yang pernah saya tonton. Ya karena Ilana menggunakan ramuan ala drakor jadi lah pembaca membuat bandingan dan punya harapan kalau cerita novel ini bisa mirip dengan cerita drakor pada umumnya. Kalau pun ternyata tak sesuai bayangan, sebenarnya tak masalah. Ini lah novel Indonesia dengan vibes drama Korea ala Ilana Tan. Still worth to read anyway..

Tidak ada komentar:
Posting Komentar