Beberapa
hari lalu, saya bermimpi “bertemu” dengan Nenek saya yang sudah almarhumah.
Dalam mimpi saya itu, tiba-tiba saya berada di rumah saya di Sukabumi. Saat
sedang mengbrol dengan Mama, tiba-tiba Nenek muncul di ruangan lain.
Meskipun
dalam mimpi, otak saya masih bisa mengirimkan pesan kalau Nenek saya sudah
meninggal. Tapi dalam mimpi itu, saya tetap bercakap-cakap dengan Nenek meski
hanya sebentar.
Ini bukan
kali pertama saya bermimpi tentang Nenek atau tentang rumah masa kecil saya.
Saya tak tahu intensitasnya. Yang jelas, mimpi-mimpi itu selalu muncul meskipun
sudah lama saya tak pulang kampung. Setting-nya
selalu seputar rumah tempat saya menghabiskan masa kecil sampai masa remaja dan
rumah Nenek tempat saya biasa main.
Nampaknya,
alam bawah sadar saya masih terpatri di sana meskipun raga saya ada di kota
lain. Otak saya punya rekaman memori khusus tentang kedua tempat itu hingga
saking berkesannya memori itu akan terus “terpanggil” selama apapun saya
meninggalkan kampung halaman.
Setelah
bermimpi begitu, rasa rindu saya pada kota kelahiran biasanya akan makin kuat.
Jujur saja, jika boleh memilih saya lebih suka tinggal di Sukabumi. Selain
udaranya lebih nyaman, rumah saya juga strategis karena terletak di pusat kota.
Mobilitas jadi amat mudah. Tinggal naik angkot 5 menit saja, saya bakal sampai
di mall terdekat. Ongkosnya cukup 2000 rupiah jauh atau dekat. Jalan kaki juga
bisa. Belum lagi di sana saya bisa lebih dekat dengan orang tua dan sanak
saudara.
Tapi
jalan hidup membawa saya ke kota lain. Hal yang tak saya sesali. Hanya saja,
kenangan rumah dan kota kelahiran nampaknya memang punya tempat spesial dan tak
terlupakan hingga saya seringkali memimpikannya. Sambil bercanda, saya sempat
melontarkan ide pada suami. Kalau kami panjang umur, saya ingin menghabiskan
hari tua di Sukabumi...Mungkinkah..?
gak ada yang gak mungkin di dunia ini...
BalasHapussemangat, berdoa terus...
kalo Dija pingin mimpi ketemu Ibu....
BalasHapus