Pernahkah memerhatikan
pasir-pasir saat pergi ke pantai? Saya yakin banyak di antara kita yang tidak
melakukannya. Kita pasti lebih memilih menikmati hembusan angin, deburan ombak
atau suasana sekitar pantai nya, ketimbang menaruh perhatian pada pasirnya. Pasir
seolah hanya “pemanis” pantai yang mungkin keberadaannya tak terlalu kita
hiraukan. Namun tahukah kamu, setiap pantai memiliki jenis pasir yang berbeda
baik warna maupun teksturnya? Tak hanya berwarna abu atau putih namun ada pula
yang berwarna pink bahkan ungu.
 |
Source; www.scienceabc.com |
Martin Widjaya dan
Fransisca Maria Faats adalah pasangan suami istri yang memiliki koleksi unik.
Hobi travelling pasangan ini memungkinkan
mereka untuk membeli suvenir dari berbagai belahan dunia. Selain pin dan kaos
serta beberapa benda lain, keduanya juga mengoleksi pasir.
Seperti diberitakan Kompas, awalnya Martin dan Fransisca mengambil pasir sebagai
pengingat tempat yang pernah mereka kunjungi. Pasir-pasir itu kemudian disimpan
dalam botol atau toples. Saat itulah Fransisca menyadari kalau pasir yang
sepintas nampak sama itu ternyata berbeda satu sama lain,
“Itu yang
kasatmata,apalagi kalau dilihat memakai miskroskop.” kata Fransisca.
Mereka lalu menunjukkan
beberapa koleksi pasir berwarna merah yang tak sama. Pasir merah itu berasal
dari Wilpattu National Park Srilanka, Red Beach Pulau Komodo hingga pasir merah
dari kota tua Petra di Jordania. Ada pula pasir dengan tekstur berbeda seperti
pasir dengan bulatan cantik mirip merica berwarna merah,hijau, putih, hitam dan
kuning dari Tanjung Laisumbu Pulau Maritaing Alor Nusa Tenggara Timur, pasir
dengan bongkahan besar beragam warna dari Pulau Maui Hawaii dan sebagainya.
Mereka bercerita,
sebagian besar koleksi pasir itu mereka dapat dengan perjuangan tak mudah. Saat
mereka bepergian dengan kapal pesiar dari Miami misalnya, pasangan ini harus
menjalani pemeriksaan berjam-jam di imigrasi karena ke-15 kantong plastik
berisi pasir yang mereka bawa harus diperiksa satu persatu, “Dikira obat.” kata
Fransisca.
Seringkali mereka pun harus
membeli pasir yang mereka inginkan karena dilarang mengambil. Sadar akan
keunikan dan keindahan pasirnya, beberapa objek wisata di luar negeri mengemas
pasir menjadi suvenir cantik. Ketika mereka mengunjungi Gunung St.Helens
Amerika Serikat, mereka membeli pasir
debu dari letusan gunung yang dibagi dalam kategori letusan 5 miles, 22 miles
dan 250 miles. Dari suvenir itu, nampak bahwa semakin jauh letusan, semakin
halus pasirnya.
Sayangnya, karena pasir
di Indonesia cenderung bebas diambil, terjadi kerusakan alam akibat pegambilan
pasir cantik dari pantai untuk dipakai sebagai hiasan aquarium. Misalnya pasir
mirip merica di Pantai Kuta Lombok yang sudah habis dijual di Jakarta. Padahal,
pasir dengan perpaduan warna abu-abu, hijau dan kuning itu yang pertama kali
membuat Martin jatuh cinta sebelum akhirya memutuskan untuk menjadi kolektor
pasir.
Untuk koleksi pasirnya
yang luar biasa banyak, Martin dan Fransisca mendapat piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI)
sebagai kolektor terbanyak dari 1000 lokasi di seluruh dunia pada 2011.
Koleksinya terus bertambah dan diharapkan bisa mencapai lebih dari 1864 lokasi
untuk bisa memecahkan rekor dunia.
Masya Allah.... Maha
Suci Allah yang telah menciptakan pasir dengan beragam warna dan teksturnya.
(Diolah dari Kompas, Minggu 20 September 2015)
NB: Check this site : sandcollectors.org untuk tahu info tentang bagaimana menjadi koletor pasir !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar