Rabu, 31 Oktober 2012

5 Yang Paling Diingat Masa Sekolah



Bener banget kalau sekolah adalah masa-masa tak terlupakan. Ada yang bikin seneng, sedih, kecewa, marah et ce ra...Tapi semua itu ternyata kok tetap indah buat dikenang..:
a.    Ditampar Kakak Kelas. Saat pelantikan pengurus Palang Merah Remaja (PMR) di SMP, tiba-tiba tanpa alasan jelas saya ditampar oleh seorang kakak kelas perempuan. Awalnya sih, ada seorang senior menyuruh saya minta “tanda tangan” pada kakak itu. Saya pikir tanda tangan biasa. Jadi dengan polosnya saya minta “tanda tangan” yang dimaksud. Eh..tau-tau..plak! saya ditampar. Keras juga. Sampai saya agak sempoyongan. Rasa sakit dan terutama kaget bikin saya menangis. Sama orang tua sendiri saja saya belum pernah ditampar, kok sama orang lain saya ditampar begitu..Bodohnya saya nggak protes atas perlakuan nggak jelas itu. Padahal saya kan nggak salah ya..Sejak itu saya jadi benci banget sama kakak itu..Kayaknya, kalau kasus itu terjadi sekarang si kakak bakal saya perkarakan ke Komnas Perlindungan Anak..
b.    Fans Berat Majalah Gadis. Wah..saya cinta banget sama GADIS. Koleksi majalahnya saya sayang-sayang dan saya jaga. Apa yang ada di GADIS saya ikuti. Artikel Kecantikan, Kesehatan, sampe info-info tentang Gadis Sampul semua saya ingat-ingat. Saking sukanya, saya bercita-cita pengen menerbitkan majalah remaja sendiri. Saya lalu berkhayal jadi redaksi majalah. Saya bikin “majalah” bohongan dari kertas HVS. Ada rubrik-rubriknya juga. Misalnya Rubrik Mode dan Cerita Sampul. Gambarnya saya ambil dari majalah yang saya punya. Tulisannya saya karang sendiri dengan ditulis tangan. Seru..dan saya berasa jadi redaksi majalah beneran.
c.    Ikut Lomba Sampai Ke Bogor. Karena menjadi tim inti untuk sebuah lomba cerdas-cermat dan selalu menang, saya dan 2 teman mewakili sekolah berlomba ke Bogor. Sayangnya kami kalah karena ada peserta yang curang.Tapi pengalaman itu nggak terlupakan karena selama beberapa bulan saya dilatih guru pembimbing, tak hanya di sekolah tapi sambil jalan-jalan segala.
d.    Nulis Surat Cinta. Ini karena sebagai murid baru di SMA , kami harus menulis surat pada satu orang kakak kelas yang disukai. Sebenarnya kan nggak harus kakak kelas cowok ya..Tapi karena waktu itu saya memang lagi naksir kakak kelas cowok, maka surat itu pun saya tulis buat dia. Isi suratnya rada konyol seingat saya. Untung surat saya nggak terpilih buat dibacakan di depan kelas. Btw, saya masih ingat nama lengkap senior saya itu loh sampai sekarang ha..ha...
e.    Jalan-Jalan Sampai Nyasar. Saya dan teman sekelas diajak wali kelas ke rumah seorang teman. Rumah teman saya itu dekat dengan Gunung Salak. Saya agak lupa gimana awalnya. Yang pasti, saat itu kami memutuskan untuk hiking ke gunung Salak. Ternyata, jalan yang kami pilih salah dan kami malah nyasar entah ke daerah mana. Padahal, hari makin sore dan hujan pula. Kami berjalan benar-benar tanpa persiapan. Nggak ada minum apalagi makanan. Mukjizat banget saat kami bisa kembali ke rumah teman saya itu saat magrib. Saya pun kena marah ortu.

Senin, 29 Oktober 2012

(Not) A Desperate Housewife (Bagian 2)


sumber: syaiful64.wordpress.com

Istirahat? Sepertinya memang harus begitu.. Tapi saya tetap harus memastikan apakah 2 jagoan saya itu sudah mau makan atau belum. Eh..ternyata, suami dan anak saya mengaku belum lapar. Kesempatan..Saya pun lalu mengajak anak saya tidur siang..
Rasa lelah membuat saya pulas dengan cepatnya dan lupa kalau saya belum makan siang juga. Mungkin karena capek bermain, anak saya pun ikut tertidur cepat tanpa harus saya keloni lama-lama.
Begitu bangun..ups..sudah lewat jam 2!..Saya belum shalat. Selesai shalat dan makan siang-menjelang sore- , saya bersiap dengan pekerjaan selanjutnya:Menyetrika!. Tapi anak saya keburu bangun dan merengek agar bajunya diganti. Selepas ashar barulah saya melanjutkan niat menyetrika saya. Kebetulan, suami saya lagi nganggur dan mau menemani anak saya bermain  dan makan.
Hampir jam 5 sore saat suami masuk ke dalam dan mengganti pakaiannya,
“Abi mau kemana?” tanya saya saat melihat suami sudah berganti kaus dan celana training.
“Mau cuci mobil.” Sahutnya.
“Mandiiin Ihsan dulu, Bi..Ummi nanggung lagi gosok, nih..”
Suami saya agak enggan tapi saya membujuknya. Kalau acara menyetrika saya terpotong “acara” memandikan anak, waktu saya untuk bebenah rumah (lagi) bakal terpotong. Padahal saya belum mandi pula.
Suami saya mengalah dan memandikan Ihsan. Sementara saya menyiapkan baju dan handuk lalu menuntaskan setrikaan saya.


“Abi mau cuci mobil. Tar Ummi pel garasi ya..Tadi kayaknya ada kotoran kucing. Jadi tolong dibuang dulu..”
Huft..nambah lagi kerjaan saya. Tadinya sih cuma mau beres-beres rumah yang mulai berantakan dan mencuci piring bekas makan siang. Alhamdulillah..semua aktivitas selesai menjelang magrib. Saya beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri.
Masya Allah..schedule hari ini luar biasa padatnya. Bahkan untuk duduk pun hampir tak sempat..Apalagi besok saya masuk kerja juga.Terbayang lagi cucian kotor esok pagi. Oh..oh..ibu rumah tangga..


(Not) A Desperate Housewife



Pagi itu saya bangun dengan tergesa. Setelah shalat shubuh saya lalu merendam pakaian. Nggak simpel juga karena saya harus memilah baju anak dan dewasa. Untuk baju anak saya rendam dengan deterjen khusus sedangkan untuk baju-baju dewasa saya rendam dengan deterjen biasa. Sambil menunggu rendaman, saya bergegas mencuci piring dan gelas kotor. Baru saja saya hendak mencuci piring terakhir, anak saya terbangun. Seperti biasa, ia bakal berteriak memanggil-manggil saya,
“Ummi...!”. suaranya.
Saya tak segera menghampiri. Tanggung.  Mungkin karena tak ada sahutan anak saya mulai memanggil sambil merengek,
“Bangun aja, Nak. Ummi lagi cuci piring.” Sahut saya sambil terus mencuci.
Tak lama, terdengar suara pintu kamar dibuka. Anak saya muncul dengan rambut kusut dan baju basah kena ompol. Saya segera menghampiri. Mengajaknya ke kamar mandi untuk bersih-bersih lalu mengganti baju dan celananya. Untunglah dia tak rewel saat saya suruh ia duduk-duduk di teras sambil membawa mainannya.
Segera saya menuju ke belakang dan mulai mencuci pakaian. Biasanya, pembantu saya yang melakukan tugas ini. Karena dia (dipaksa) pulang kampung sejak seminggu lalu, pekerjaan mencuci pun kini harus saya handle sendiri. Padahal saya agak malas kalau harus mencuci pagi-pagi. Sambil mencuci, saya mencoba menajamkan telinga, kalau-kalau suara Ihsan tak terdengar lagi. Karena tak diawasi, kadang dia main sendiri ke rumah temannya yang tinggal tak jauh dari rumah. Jika sudah begitu, saya harus mengecek dimana dia berada. Saya ngeri kalau tiba-tiba dia main ke jalan depan rumah.


Tiga puluh menit kemudian, cucian sudah siap dijemur. Saya lalu mengambil gantungan baju, membawa ember dan baskom berisi cucian bersih ke depan rumah. Ihsan sudah tak kelihatan. Sebelum menjemur, saya sempatkan mencari anak saya itu. Oh..ternyata dia main di rumah sebelah. Saya pun segera meneruskan “acara” menjemur saya.
Selesai menjemur, pekerjaan lain sudah menunggu. Kamar belum dirapikan, meja masih kotor, mainan Ihsan masih berserakan di karpet, menjerang air untuk minum..Tiba-tiba saya ingat kalau saya belum menyiapkan sarapan. Ah..mending bikin sarapan dulu, pikir saya. Sekalian buat sarapan Ihsan juga. Kebetulan suami saya sudah pergi futsal sejak pagi dan biasanya dia baru makan besar sepulang olahraga siang nanti.
Saya lalu menuju dapur, mengiris bawang dan mengocok telur untuk dadar. Masih ada sisa nasi kemarin. Rencananya akan saya buat nasi goreng saja. Setelah lima menit jadilah sarapan ala kadarnya. Saya memanggil Ihsan pulang dan membujuknya sarapan. Kami lalu makan di teras. Tak sampai 10 suap, anak saya mengaku sudah kenyang,
“Kalau gitu, Ummi buatkan sereal aja, ya?” tawar saya. Kalau belum kenyang makan, anak saya jadi suka jajan. Anak saya mengangguk.
Saya memanaskan dispencer dan menyiapkan susu serta sereal Ihsan. Saya menunggu air panas sambil menuntaskan sarapan. Setelah siap, saya membawakan semangkuk sereal untuk Ihsan ke teras,
“Ihsan makan sendiri,ya..Ummi mau beres-beres.”
Saya lalu “terbang” ke dalam, mengisi panci untuk merebus air. Sambil menunggu air matang, saya membereskan kamar dan mainan yang berserak, mengelap meja, membenahi baju-baju yang sudah disetrika serta menyapu lantai. Selama itu, anak saya beberapa kali bolak-balik untuk pipis, mengambil minum atau meminta saya mengambilkan mainannya di lemari.
Sekitar jam setengah sembilan saya memutuskan untuk memandikan Ihsan sebelum mengepel lantai. Ini juga aktivitas lumayan melelahkan karena saya harus dengan sabar membujuknya sikat gigi dan keramas. Belum lagi jika ia ingin membawa mainannya. Biasanya ia akan memilih bermain ketimbang segera mandi. Untunglah hari ini anak saya lumayan kooperatif. Cukup lima belas menit untuk memandikan dan memakaikan bajunya.
Saya pun segera mandi mumpung anak saya asyik bermain dengan temannya di teras rumah. Masih ada pekerjaan lain setelah ini. Merapikan teras, mengepel dan memasak. Karenanya, selesai berpakaian saya segera merapikan depan rumah dan mulai mengepel.
Baru saja saya masuk ke dalam rumah untuk menyimpan ember, saya melihat ruang tamu sudah kotor lagi akibat ulah anak saya dan temannya. Argh..rasanya pengen marah..Tapi urung karena saya pikir itu sia-sia saja. Mendingan saya mulai merebus daging dan mengupas sayuran untuk bahan sop nanti...Anyway, semua aktivitas itu baru berhenti jam setengah 12 siang. Saya mulai merasa lelah tapi saya masih harus menyiapkan makan siang Ihsan dan suami saya..Oh..